Bisnis.com, JAKARTA— Pengamat energi Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute mengatakan pemerintah perlu mengurangi pemakaian pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) agar penggunaan BBM untuk pembangkit listrik bisa dikurangi.
“PLTD [pembangkit listrik tenaga diesel] bisa dinonaktifkan atau pemakaiannya dikurangi, menggantinya dengan pembangkit listrik energi baru yang sudah beroperasi. Ini sangat efekti untuk mengurangi porsi konsumsi BBM,” katanya saat dihubungi bisnis, Selasa (26/12).
Hanya saja, PLN masih membangun pembangkit listrik tenaga diesel untuk daerah-daerah terpencil. seperti daerah Indonesia Timur dan Natuna Kepulauan Riau, masih membutuhkan listrik.
Menurut Komaidi, pemerintah dan PLN perlu membangun jaringan interkoneksi yang bisa melistriki daerah-daerah terpencil. “Dengan demikian, bauran energi baru meningkat, dan konsumsi BBM berkurang, ditambah dengan rasio elektrifikasi yang meningkat pula,” kata Komaidi.
Konsumsi bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik terus berkurang seiring meningkatnya bauran energi baru terbarukan. Pemerintah akan terus meningkatkan bauran energi baru terbarukan dan menurunkan konsumsi BBM pada 2018.
Data terakhir, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) untuk pembangkit listrik, khususnya pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) masih berada di level 6% dari konsumsi BBM nasional.
Dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, hingga Kuartal III/2017, konsumsi BBM untuk pembangkit listrik mencapai 2,54 juta kilo Liter (kL) atau 6.06% dari konsumsi BBM nasional yang mencapai 41,91 juta kL.
Jika dibandingkan tahun lalu, penggunanan BBM untuk pembangkit tercatat mengalami penurunan. Kuartal III/2016, konsumsi BBM untuk pembangkit listrik mencapai 7,10% dari konsumsi BBM nasional.
Tingkatan konsumsi BBM untuk pembangkit juga penurunan dari tahun-tahun sebelumnya. Pada 2014, konsumsi BBM untuk pembangkit mencapai 7,10% dari konsumsi BBM nasional. Ini juga menurun dibandingkan 2008 yang mencapai 36%.