Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengapa Phapros Mengembangkan Sayap ke Myanmar?

Jelas dong, ini potensi yang sangat besar, makanya setelah mencemati secara matang dan beberapa kali saya datang ke sini, maka kami putuskan Phapros serius berbisnis dengan Myanmar, kata Emi Barokah Sri Utami, Presdir PT Phapros Tbk.
Komisaris Utama PT Phapros Tbk (kanan) M. Yana Aditya bersama Komisaris RNI Adhitya Dhanwantara (kedua dari kiri) bersama Economic AffairvOfficer Kedubes RI di Myanmar Vinsky Wattimena/Bisnis - Lahyanto Nadie
Komisaris Utama PT Phapros Tbk (kanan) M. Yana Aditya bersama Komisaris RNI Adhitya Dhanwantara (kedua dari kiri) bersama Economic AffairvOfficer Kedubes RI di Myanmar Vinsky Wattimena/Bisnis - Lahyanto Nadie

Bisnis.com, YANGON - Mengapa Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) bersama anak usahanya PT Phapros Tbk. memilih Myanmar untuk mengepakkan sayap bisnisnya?

"Jelas dong, ini potensi yang sangat besar, makanya setelah mencemati secara matang dan beberapa kali saya datang ke sini, maka kamiputuskan Phapros serius berbisnis dengan Myanmar," kata Emi Barokah Sri Utami, Presdir PT Phapros Tbk. kepada Bisnis.com, di Yangon hari ini (19/12/17).

Ada tiga peluang bisnis hyang bisa digarap oleh Phapros yaitu penjualan produk, pengembangan pasar alat kesehatan dan memberikan lisensi bagi pengusaha Myanmar untuk membangun bisnis farmasi. "Dibandingkan Vietnam yang sudah mulai banyak pelaku bisnis yang menggarap pasar itu, bagi Phapros lebih prospektif Myanmar." 

Berdasarkan catatan Bisnis.com, Republik Persatuan Myanmar adalah sebuah negara berdaulat di Asia Tenggara. Myanmar berbatasan dengan India dan Bangladesh di sebelah barat, Thailand dan Laos di sebelah timur dan China di sebelah utara dan timur laut.

Negara seluas 676.578 km² ini telah diperintah oleh pemerintahan militer sejak kudeta 1988. Negara ini adalah negara berkembang dan memiliki populasi lebih dari 51 juta jiwa.

Namun, negara ini belum terbebas dari kritik akibat perlakuan pemerintah terhadap etnis minoritas. Pada pemilihan umum 2015, partai Aung San Suu Kyi menang mayoritas di parlemen. Namun, militer Myanmar tetap menjadi kekuatan utama di politik.

Duta besar RI di Myanmar saat ini adalah Ito Sumardi yang dibantu oleh sedikitnya 24 staf Kementerian Luar Negeri dan staf lokal. Sebelum menjabat Dubes, Ito adalah Kabareskrim.

Ia juga pernah menjabat Kapolda di dua provinsi yang berbeda. Yakni Riau dan Sumatera Selatan.

Ito Sumardi Djunisanyoto (lahir di Bogor, Jawa Barat, 17 Juni 1953) adalah Kepala Badan Reserse Kriminal Mabes Polri (Kabareskrim) sejak 30 November 2009[1] hingga 6 Juli 2011 menggantikan Komjen Pol Susno Duadji.

Giok hingga Gas Alam

Vinsky Wattimena, staf Kedubes RI di Yangon mengatakan bahwa Myanmar adalah negara yang kaya dengan giok, batu permata, minyak bumi, gas alam, dan mineral lain. Ketimpangan pendapatan di Myanmar adalah salah satu yang terlebar di dunia, karena sebagian besar ekonomi dikuasai oleh sebagian orang yang disokong militer.

Hingga 2016, Myanmar menempati posisi 145 dari 188 negara di dunia menurut Indeks Pembangunan Manusia.Ibu kota negara ini sebelumnya terletak di Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.

Myanmar telah bergabung sebagai anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sejak tahun 1997.

Peradaban awal di Myanmar termasuk penduduk berbahasa Tibeto-Burma di Burma Utara dan Kerajaan Mon di Burma Selatan. Pada abad ke-9, orang Bamar memasuki lembah atas Sungai Irrawaddy, diikuti dengan didirikannya Kerajaan Pagan tahun 1050-an.

Sejak saat itu, bahasa Burma, termasuk budaya dan Buddha Theravada perlahan-lahan menjadi dominan di negara ini. Kerajaan Pagan jatuh akibat invasi Mongol. Pada abad ke-16, setelah disatukan oleh Dinasti Taungoo, negara ini sesaat pernah menjadi kekaisaran terbesar dalam sejarah Asia Tenggara.

Sejarah Myanmar

Pada abad ke-19, Dinasti Konbaung menguasai daerah yang di dalamnya termasuk wilayah Myanmar modern saat ini dan sesaat menguasai Manipur dan Assam. Inggris menguasai Myanmar setelah Perang Anglo-Burma pada abad ke-19 dan negara ini kemudian menjadi koloni Inggris. Myanmar mendapatkan kemerdekaan pada 1948, awalnya sebagai negara demokrasi, namun setelah kudeta tahun 1962, negara ini dikuasai militer.

Setelah mereka, negara ini banyak mengalami kekerasan etnis. Selama periode ini, Perserikatan Bangsa Bangsa dan banyak organisasi lainnya melaporkan terus terjadi pelanggaran hak asasi manusia secara konsisten dan sistematis.

Pada 2011, junta militer dibubarkan setelah pada 2010 diadakan pemilihan umum, dan pemerintahan sipil dimulai. Hal ini, bersamaan dengan dilepasnya Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya, telah memperbaiki catatan hak asasi manusia dan hubungan luar negeri negara ini, memungkinkannya terbebas dari sanksi ekonomi.

Negara ini menjadi sorotan dunia karena kekerasan memuncak di Rakhine akhir Agustus silam setelah militan Rohingya menyerang berbagai pos keamanan yang memicu operasi militer dari Myanmar.

Setelah itu setengah juta orang Rohingya yang kebanyakan muslim dan tidak diakui kewarganegaraannya oleh Myanmar, lari menyelamatkan diri ke Bangladesh.

Para pengungsi Rohingya menyebut militer Myanmar yang dibantu oleh gerombolan ekstremis Budha telah menggunakan metode pembunuhan dan pembakaran desa untuk mengusir Rohingya dari Mynamar.

Bagaimana kondisi Myanmar hari ini? Ketika menjejakkan kaki di Bandara Yangon Selasa (19 Desember 2017), suasananya mirip Indonesia tahun 1970-an. Laki-laki bersarung dan perempuan berpupur tebal, berseliweran. Mobil setir kiri dan kanan bergantian memasuki bandara. Komisaris Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) Adhitya Dhanwantara berkomentar. "Ternyata susana kehidupan di Myanmar tidak seperti yang dibayangkan," katanya. Dan yang lebih mengasyikkan lagi makanannya enak-enak. Maknyus...

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Lahyanto Nadie
Editor : Lahyanto Nadie
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper