Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan baja di dalam negeri pada tahun depan diperkirakan menembus 14,5 juta ton.
Permintaan tersebut lebih tinggi 7% dibandingkan eskpektasi permintaan tahun ini sebanyak 13,5 juta ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industry Association/IISIA) Hidayat Triseputro menyatakan proyeksi positif tersebut mendorong pabrikan baja multinasional mulai menanamkan modalnya di Indonesia pada tahun depan.
“Pertumbuhan demand baja tahun depan itu minimal 7%. Dengan begitu, investor enggak takut, ada beberapa yang ingin masuk ke sini mulai tahun depan,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (3/12).
Menurutnya, beberapa pabrikan China berencana merelokasi fasilitas pengolahan bajanya ke Indonesia. Hanya saja, pemerintah memperketat standar penggunaan teknologi untuk mencegah relokasi pabrikan skala kecil.
“Banyak sekali yang asal China berkeinginan masuk, tapi pemerintah sudah kita wanti-wanti agar investasi baru mesti hi tech. Kalau sekadar pakai teknologi induction furnace, itu bisa dikatakan buangan dari negara mereka, karena di sana saja sudah ditinggalkan,” ujarnya.
Baca Juga
Hidayat menyatakan salah satu tantangan pengembangan industri baja di dalam negeri merupakan kekurangan kapasitas untuk memenuhi permintaan domestik.
Kapasitas kapasitas terpasang industri baja di dalam negeri masih jauh berada di bawah angka permintaan.
“Dari total angka permintaan, kurang lebih sekitar 30% itu area non-accessible, memang belum bisa diproduksi di sini,”ujarnya.