Bisnis.com, SOLO – Kementerian Perindustrian optimistis target ekspor mebel sebesar US$2 miliar taun ini bisa tercapai mengingat permintaan terhadap produk itu cukup tinggi.
Dirjen Industri Kecil Menengah Kementerian Gati Wibawaningsih mengatakan pemerintah akan habis-habisan untuk membantu industri kecil, termasuk mebel untuk mampu bersaing di pasar dunia.
Ekspor mebel pada tahun 2015 mencapai US$1,21 milliar, tetapi pada tahun berikutnya mengalami penurunan menjadi US$1,04 milliar USD. Penurunan tersebut dikarenakan permintaan pasar global yang menurun.
Tahun ini, katanya, ekspor mebel ditargetkan mencapai US$2 miliar dan tahun berikutnya naik lagi menjadi US$2,5 miliar.
“Makanya usaha kecil dan menengah ini akan kami support habis-habisan. Peluang cukup besar bagi mebel untuk menjadi pemimpin pasar global,” katanya di sela-sela Launching Omah Mebel dan Kerajinan dengan tema Kimkas (Kerajinan Koperasi Industri Mebel dan Kerajinan Solo Raya) Sebagai Gerbang Memenangkan Persaingan Global, Senin (20/11/2017).
Berdasarkan data yang ada di Kementerian Perindustrian, katanya, pada tahun 2015 terdapat 139.544 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 436.764 orang dengan nilai investasi Rp5,8 triliun.
Indonesia saat ini menempati posisi kelima dalam ekspor mebel dan kerajinan dan masih tertinggal dari Vietnam, Malaysia dan Singapura. Hal ini terjadi karena permasalahan yaitu ketersediaan pasokan bahan baku, overlapping regulasi, jumlah craftmen yang semakin berkurang, dan juga promosi produk.
Pemerintah, katanya tengah membuat langkah strategis untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Terkaitbahan baku, katanya, pihak Perhutani siap membantu untuk mempermudah mendapatkan bahan baku, khususnya terkait Sistem Verifikasi dan legalitas kayu (SVLK).
“Jadi nanti kalau suda lewat Perhutani, tidak perlu lagi ada sertifikat SVLK. Perhutani juga siap membantu produsen untuk mempermudah SVLK,” katanya.
Menurut Gati, kemampuan Indonesia dalam memproduksi mebel dan kerajinan sudah tersohor di mata dunia, sehingga aspek pemilihan bahan baku dan desain produk menjadi salah satu keunggulan Indonesia.
Salah satunya desain ukir yang dibuat oleh perajin lokal yang sesuai dengan budaya Indonesia. Namun tidak hanya aspek produksi dan kualitas produk yang mempengaruhi nilai ekspor produk, tetapi juga bagaimana aspek promosi yang dilakukan dalam memperkenalkan produk mebel Indonesia ke mata dunia.
“IKM Indonesia sangat berpotensi untuk menjadi market leader dalam ekspor kayu dan rotan, masalahnya adalah bagaimana para pelaku IKM Indonesia mampu menjaring pembeli global. Penetrasi pasar global dan domestik ini harus dilaksanakan secara integrated dan kontinyu baik melalui offlinemaupun Online,” katanya.
Gati mengatakan untuk meningkatkan promosi online, Kementerian Perindustrian telah meluncurkan program “E-Smart IKM” yang dapat diakses konsumen melalui marketplace atau toko online. Targetnya memang untuk pasar dalam negeri.
Kendala penjualan mebel di pasar nasional, katanya, adalah pengiriman mengingat mebel biasanya ukurannya cukup besar.
“Kami sudah ajak PT Pos Indonesia untuk menangani logistik mebel ini.”
Saat ini, terdapat 1.625 perajin yang tergabung dalam eSmart IKM, tetapi baru sekitar 20% dari perajin itu yang barangnya sudah laku lewat Online