Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Jusuf Kalla: Prospek Ekonomi 2018 Lebih Cerah & Stabil

Wakil Presiden Jusuf Kalla optimistis prospek perekonomian Indonesia tahun 2018 akan lebih cerah ditopang oleh perbaikan indikator ekonomi dan politik.
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi sambutan dalam Breakfast Meeting bertajuk Prospek Ekonomi Indonesia 2018 di Jakarta, Kamis (2/11)./ANTARA-Rosa Panggabean
Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi sambutan dalam Breakfast Meeting bertajuk Prospek Ekonomi Indonesia 2018 di Jakarta, Kamis (2/11)./ANTARA-Rosa Panggabean

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla optimistis prospek perekonomian Indonesia pada 2018 akan lebih cerah ditopang oleh perbaikan indikator ekonomi dan politik.

Kendati masalah internal masih melanda sejumlah negara di kawasan Timuir Tengah, juga menimpa negara seperti Amerika Serikat dan Korea Utara, dia meyakini perekonomian global akan jauh lebih membaik, yang akan memberikan stimulus pada perekonomian dalam negeri.

Dari dalam negeri, Wapres menjelaskan bahwa lompatan kenaikan harga batu bara dan kelapa sawit akan menggairahkan pasar ekspor sekaligus menaikkan penerimaan pajak di dua sektor itu, yang sempat lesu dalam beberapa tahun terakhir.

"Harga batu bara sekarang sudah mendekati US$100 per ton, kembali dibandingkan harga 5 tahun lalu. Harga sawit juga sekitar US$600, sempat jatuh US$450. Artinya, penerimaan pajak di sektor itu akan naik," ujar Wapres Kalla, saat membuka acara Prospek Ekonomi Indonesia 2018, Kamis (2/11/2017).

Apalagi, dia mengatakan Indonesia baru saja mengalami perbaikan peringkat dalam Ease of Doing Business (EODB) dari peringkat ke-91 menjadi peringkat ke-72 oleh World Bank. Pencapaian tersebut dinilai akan menggairahkan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Selain itu, indikator makroekonomi Indonesia sangat stabil, dengan tingkat inflasi yang masih dalam batas normal di kisaran 3%—4%. Hal tersebut jauh lebih dibandingkan dengan beberapa tahun lalu yang pernah menyentuh 10% dan mengakibatkan suku bunga naik.

"Artinya ada suatu stabilitasi dari ekonomi kita. Indeks pasar modal, kepercayaan dari Fitch, S&P, angkanya juga bagus yaitu BBB, berarti layak investasi. Inflasi sekitar 3-4%. Berbeda dengan dulu, lebih bahaya inflasi bisa sekitar 10%," ujarnya.

Dia mengakui memang faktor eksternal dan internal yang terjadi membuat harapan Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi di atas 7% menjadi sulit, namun dia mengatakan target kenaikan 5,4% tahun depan sudah sangat baik di tengah kondisi makroekonomi global saat ini.

Namun, dia mengatakan situasi politik nasional yang dinilai akan lebih kondusif juga akan mendorong perbaikan ekonomi di 2018.

Dia menambahkan, "Saya katakan Indonesia selalu stabil. Kita kalau ada konflik selalu berhasil diatasi. Pilkada lebih aman karena partai simpang siur dukungannya."

Dia melanjutkan, "Kita di Pilkada boleh berselisih tapi setelah itu bersama lagi. Dulu partai berlawanan, begitu selesai gabung lagi. Itu khas Indonesia, tidak begitu di Malaysia," ujarnya

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper