Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Tahun Jokowi-JK Genjot Infrastruktur, Begini Kata Pengusaha Truk

Masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah rupanya belum memuaskan pelaku usaha sektor logistik.
Presiden Joko Widodo berdiri di depan gerbang jalan tol Kualanamu ketika meninjau jalan tol Trans Sumatra di sela-sela peresmiannya, di Deli Serdang, Sumatra Utara, Jumat (13/10). Presiden Joko Widodo meresmikan jalan tol Trans Sumatera ruas Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 61,72 km dan Medan-Binjai sepanjang 10,6 km yang telah siap dioperasikan./ANTARA-Septianda Perdana
Presiden Joko Widodo berdiri di depan gerbang jalan tol Kualanamu ketika meninjau jalan tol Trans Sumatra di sela-sela peresmiannya, di Deli Serdang, Sumatra Utara, Jumat (13/10). Presiden Joko Widodo meresmikan jalan tol Trans Sumatera ruas Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi sepanjang 61,72 km dan Medan-Binjai sepanjang 10,6 km yang telah siap dioperasikan./ANTARA-Septianda Perdana

Bisnis.com, JAKARTA - Masifnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah rupanya belum memuaskan pelaku usaha sektor logistik.

Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) menilai, selama 3 tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, kebijakan yang diambil dari sisi angkutan barang belum menyentuh akar masalah.

Wakil Ketua Aptrindo Kyatmaja Lookman mengatakan, pemerintah masih terlalu fokus pada infrastruktur dan tol laut. Padahal masalah utamanya bukan di situ.

"Pemerintah mengklaim biaya di pelabuhan turun, tapi kalau sampai [dibawa] naik gunung pakai pesawat ujung-ujungnya biayanya mahal lagi, " katanya kepada Bisnis, Jumat (20/10).

Menurutnya, sumber masalahnya adalah rantai pasok. Pemerintah perlu memetakan titik supply barang dari awal bahan mentah hingga ke tempat barang tersebut dikonsumsi.

Setelah itu barang dikirim dengan menggunakan metode paling efektif dan murah. Selain itu, sistem transportasinya juga mesti dibangun.

Dia juga menilai masih ada ego sektoral antar lembaga yang berwenang mengenai sektor logistik. Masing-masing membuat sarana prasarana sendiri sehingga tidak berefek maksimal.

Contohnya, kata Kyatmaja, program kapal ternak dari Nusa Tenggara Timur ke Jakarta. Saat membawa ternak kapal penuh tapi saat kembali kosong. Begitu pula yang dialami oleh program tol laut.

"Ironis kapal-kapal ini dari barat banyak muatan tapi dari timur kosong. enggak ada sinergi. Antar komoditas perlu dicari sinerginya agar barang bolak balik isi," pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Abdul Rahman
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper