Bisnis.com, JAKARTA--Pengusaha nasional diminta dapat memanfaatkan blokade ekonomi dan politik negara Timur Tengah terhadap Qatar untuk mempererat kerja sama ekonomi antar kedua negara.
Seperti diketahui, saat ini Qatar menghadapi blokade oleh beberapa negara seperti Arab Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Mesir. Negara-negara tersebut memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Wakil Ketua Komite Tetap Timur Tengah Kadin Indonesia Mohammad Bawazeer mengatakan, pengusaha nasional tidak perlu takut ekspansinya ke negara tersebut akan berakibat buruk pada hubungan diplomatik antara Indonesia dengan negara Timur Tengah lainnya.
"Kalau lihat faktor politik, di sana itu tidak seperti yang digambarkan, tetapi lebih kepada negara yang memboikot tidak lagi melakukan kerja sama ekonomi. Nah kesempatan inilah yang kita tingkatkan di sini. Meskipun ada risiko, tapi kita melihatnya bukan ancaman. Kalau kita terus dihantui risiko, kita tidak akan jalan-jalan," ujarnya, di sela-sela Forum Ekonomi Indonesia-Qatar, Rabu (18/10).
Dia menambahkan, terlebih saat ini Qatar tengah memiliki kebutuhan besar terkait pelaksanaan Piala Dunia pada 2022.
Menurutnya, potensi ekspor ke Qatar sangat besar mengingat negara tersebut tengah melakukan pembangunan untuk mendukung Piala Dunia 2022. Qatar memerlukan material bangunan seperti semen dan besi.
Baca Juga
Lebih lanjut, pihaknya mengaku akan segera membentuk dewan bisnis antara Kadin Indonesia dengan Kadin Qatar untuk memudahkan terjalinnya kesepakatan bisnis antar kedua negara.
Dia menilai, baik Qatar maupun Indonesia tengah sama-sama mendorong keterlibatan swasta dalam pembangunan sehingga ini dapat menjadi momentum baik yang perlu dimanfaatkan.
"Kita juga mengharapkan ada semacam privilege yang diberikan kepada Indonesia untuk bisa berpartisipasi dalam pembangunan Qatar 2020," ujarnya.
Pihaknya menilai, sektor industri dan energi menjadi dua sektor yang potensial untuk dijajaki pengusaha Indonesia di Qatar. Kemudahan berinvestasi dan membangun pabrik di negeri tersebut dinila dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi pengusaha.
"Misalnya kita membangun petrochemical di sana, bisa saja hasilnya di bawa ke sini. Tentu mereka harga gasnya lebih murah dari kita, sehingga added value-nya tinggi. Sementara kita membangun infrastruktur di sana, dan hasilnya di bawa ke sini. Itu yang sedang kita rumuskan," ujarnya.