Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APTI Jatim : Produksi Tembakau Pulih Tahun ini

APTI mengungkapkan produksi tembakau di Jawa Timur akan pulih tahun ini setelah dalam tiga tahun terakhir sempat terpukul oleh cuaca basah yang menyebabkan petani gagal panen.
Buruh tani mengangkat daun tembakau hasil panen di Bolon, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (4/9)./ANTARA-Mohammad Ayudha
Buruh tani mengangkat daun tembakau hasil panen di Bolon, Colomadu, Karanganyar, Jawa Tengah, Senin (4/9)./ANTARA-Mohammad Ayudha

Bisnis.com, SURABAYA – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) mengungkapkan produksi tembakau di Jawa Timur akan pulih tahun ini setelah dalam tiga tahun terakhir sempat terpukul oleh cuaca basah yang menyebabkan petani gagal panen.

Ketua Umum APTI Soeseno menyampaikan pada tahun lalu, produksi tembakau Jatim hanya mencapai sekitar 80.000 ton, atau anjlok 50% dari produksi pada 2015 yang sebesar 163.000 ton. Tahun ini, produksi diharapkan dapat kembali menyentuh 200.000 ton per tahun.

“Sekarang Jatim sedang melaksanakan panen tembakau, beberapa daerah sudah mulai dari bulan lalu dan banyak yang hamper selesai. Kira-kira pada November depan, jatim selesai memanen,” jelasnya di Surabaya, Selasa (17/10).

Kendati demikian, Soeseno menyebut asosiasi belum dapat memprediksi berapa produksi tembakau pada tahun ini mengingat masa panen sedang berlangsung dan hanya dilaksanakan satu kali dalam satu tahun.

Dari dinformasi yang dihimpun APTI, saat ini panen masih berlangsung di Madura, Lamongan, dan Jember. Di Probolinggo, 60% tanaman sudah dipanen. Selain itu, adapula panen yang masuk dari Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Adapun, Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat sepanjang Sembilan bulan pertama tahun ini, Jatim mengimpor 45.733 ton tembakau. Volume impor tersebut terkerek tipis dari capaian periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar 44.176 ton.

“Produksi tembakau nasional itu maksimal 200.000 ton karena dari sekitar 200.000 hektare lahan tembakau nasional, rata-rata produksi hanya 7 kuintal peh hektarenya, tidak bisa lebih dari 1 ton. Hasil dari petani memang kurang, makanya industri mengimpor,” jelas Soeseno.

Menurutnya, impor tembakau juga dapat membantu keberlanjutan usaha produsen rokok skala kecil dan menengah seperti yang menjamur di Kabupaten Malang. Pasalnya, mereka tidak memiliki gudang penyimpanan besar sehingga harus memasok bahan baku yang langsung dapat digunakan.

Adapun, petani lokal memang memasok dalam bentuk daun tembakau ke pabrik sehingga pabrik harus memiliki gudang pengering untuk menyimpan selama 2—3 tahun sampai tembakau benar-benar dapat digunakan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper