Bisnis.com, JAKARTA—Investor asing kurang menaruh minat pada sektor industri kaca nasional karena tarif gas yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara Asean lainnya.
Yustinus Gunawan, Ketua Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP), menyampaikan investor dari China misalnya lebih memilih untuk berinvestasi pada sektor industri kaca di Malaysia dibandingkan dengan Indonesia. Selain itu, faktor seperti kemudahan berbisnis dan tawaran insentif menarik lainnya membuat produsen kaca asal Negeri Tirai Bambu tersebut memilih membangun pabrik di Negeri Jiran.
“China berinvestasi dengan membangun pabrik di Malaysia yang memiliki kemampuan produksi mencapai 700.000 ton per tahun. Pabrik tersebut telah resmi beroperasi secara komersial pada tahun ini,” kata Yustinus kepada jurnalis, Senin (9/10/2017).
Menurutnya, investasi dari China tersebut masih berlangsung sampai saat ini di Malaysia. “Tarif gas kita masih pada kisaran US$9 per MMBtu, sedangkan Malaysia kurang lebih US$5 per MMBtu. Secara objektif tentu investasi akan bertumbuh di negara tetangga,” ujarnya.
Yustinus menjelaskan tujuan utama China membangun pabrik di Malaysia agar dapat memperluas pasarnya di sekitar Asean. Selain itu, pemilihan Malaysia sebagai tempat berproduksi agar dapat menyasar pasar Indonesia yang memiliki kedekatan secara geografis sehingga ongkos logistik menjadi lebih murah.
“Pemerintah Air harus segera menurunkan tarif gas untuk menarik minat investor sehingga bisnis di bidang ini bertumbuh. Jika investasi ini tidak berjalan maka akan lebih banyak lagi pabrikan yang setop produksi karena daya saing yang tidak kompetitif,” imbuhnya.
Sementara itu, Yustinus mengeluhkan penjualan kaca domestik dan ekspor telah menurun tajam. Hal ini diakibatkan karena pabrikan kaca asal Malaysia sudah memasarkan produk ke Indonesia dengan harga yang lebih murah.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor kaca pada periode Januari hingga Agustus 2017 mencapai 360.619 ton. Jumlah tersebut menurun 11,72% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang mencapai 408.493 ton. Adapun impor kaca naik sebesar 19,02% pada periode Januari—Juli 2017 dibandingkan dengan tahun lalu. Berdasarkan data BPS, pada tujuh bulan pertama tahun ini impor kaca dan barang kaca meningkat menjadi 292.393 ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 223.273 ton.