Bisnis.com, MEDAN - Maskapai penerbangan PT Citilink Indonesia menjalin kerja sama dengan salah satu perusahaan e-commerce asal China untuk mendongkrak tingkat keterisian penumpang.
Andy Adrian, Direktur Komersial Citilink mengungkapkan bahwa pihaknya telah menandatangani nota kerjasama dengan JD.id pada Agustus 2017, terkait dengan pengoperasian aplikasi penjualan online (e-commerce).
"Kami sudah menandatangani MoU bersama mereka [JD.id] bulan lalu," ujarnya.
Dengan kerja sama ini, para penumpang Citilink tidak hanya dapat berbelanja di dalam kabin tetapi juga setelah turun dari pesawat, bahkan dari rumah atau mana saja, dengan telepon pintar. Lewat kerja sama ini, Citilink juga akan memiliki aplikasi hiburan yang bisa dinikmati penumpangnya saat terbang.
Selain itu, kerja sama ini pun memberi layanan pembelian tiket pesawat Citilink secara langsung. Bahkan, pengadaan sinyal Internet di dalam pesawat juga akan dimungkinan.
"Ke depan sudah bisa menggunakan sinyal Internet di dalam pesawat sehingga tinggal dibangun teknologinya seperti apa. Sekarang sedang development teknologinya dan paling tidak, pada awal Oktober mulai berjalan."
Tidak hanya sinyal Internet seperti wifi. Melalui kerjasama ini Citilink juga menjajaki sistem-sistem baru untuk dapat mengoperasikan aplikasi tersebut, yang dapat digunakan lintas negara dan tidak tergantung dengan satelit.
JD.id merupakan perusahaan mal online (e-commerce) yang berbasis di Jakarta. JD.id adalah bagian dari JD.com, salah satu toko B2C online terbesar di China dari sisi jumlah transaksi. Saat ini JD.com menjadi rival terbesar Alibaba yang memimpin pasar e-commerce di China.
"Mereka (JD.id) memiliki sistem dengan teknologi yang tinggi. Mereka merupakan perusahaan kerja sama antara Taiwan dengan China dan sebagai e-commerce kedua terbesar di China. Itu mengapa kami bergabung dengan JD.id," tutur Andy.
Dia menjelaskan pada umumnya kinerja perusahaan penerbangan, termasuk Citilink, sangat dipengaruhi oleh musim atau momentum dalam kaitannya dengan tingkat keterisian penumpang (load factor). Namun, maskapai anak usaha Garuda Indonesia yang berdiri mulai 2001 itu berupaya tetap berada di posisi stabil meski dalam kondisi sepi penumpang (low season).
Seperti yang dialami Citilink hampir setiap tahun. Menurut Andy, maskapainya mengalami load factor yang tidak baik atau di bawah 85% pada Februari, Maret, April, Mei dan berlanjut lagi mulai akhir Agustus, September, Oktober dan November.
"Sekarang ini kami sedang merasakan penurunan (load factor) yang cukup drastis dibandingkan dengan Juni, Juli dan Agustus."
Padahal, target keterisian yang diemban manajemen Citilink pada tahun ini jauh lebih besar dari tahun lalu, atau dari 11 juta menjadi 13 juta penumpang. Dan sepanjang tahun ini, Citilink baru menerbangkan sekitar 5,5 juta penumpang.
Kondisi ini membuat maskapainya mencoba melakukan banyak hal yang baru dari sisi bisnis, di antaranya masuk ke wilayah e-commerce. Strategi bisnis ini, menurutnya, bahkan belum pernah dilakukan oleh maskapan lain yang beroperasi di Indonesia.
"Dengan target penumpang 13 juta pada tahun ini kami harus menawarkan sesuatu yang baru. Dan salah satu kiat yang kami lakukan adalah dengan bergabung ke e-commerce."
Rute Baru
Sebelumnya Andy Adrian mengungkapkan Citilink membuka rute penerbangan baru yang akan dimulai pada 20 September 2017 dari Bandara Kualanamu - Bandara Adisutjipto, pergi-pulang (PP).
Pada rute ini pesawat Citilink terbang setiap hari dari Bandara Kualanamu pada pukul 12 siang dan tiba di Adisutjipto sekitar pukul 15. Kemudian pesawat akan kembali terbang dari Adisutjipto ke Kualanamu pada pukul 15.55 dan tiba di tujuan sekitar pukul 18. "Jadi kami memberi kondisi jam yang cukup bagus."
Citilink memiliki banyak pertimbangan dalam membuka rute ini. Salah satunya karena menilai perkembangan ekonomi di kedua kota tersebut sangat besar dan bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kota lain.
Kemudian perusahaan juga melihat data-data penerbangan yang mana jumlah penumpang yang terbang tergolong banyak, baik dari Medan maupun dari Yogyakarta.
Dalam membuka rute, maskapai mempertimbangkan tingkat keterisian (load factor) kedua tujuan rute dan biasanya, hanya salah satu tujuan yang lebih besar. Namun untuk rute ini, potensi load factor keduanya dinilai berimbang.
Dalam pengoperasian rute ini, maskapainya juga menyesuaikan besaran harga tiket pesawat dengan aturan yang berlaku dan iklim usaha. Citilink memperhatikan aturan tarif atas-bawah penerbangan domestik dan menjaga persaingan yang sehat dalam menentukan tarif rute ini.
"Kami tidak ingin membunuh pesaing, tetapi kami juga harus membuat keuntungan perusahaan. Kami membuat harga yang dapat diterima tetapi tidak membunuh pesaing."
Dengan pertimbangan itu, Andy Adrian mengungkapkan bahwa Citilink mematok harga tiket pesawat untuk rute penerbangan Medan-Yogya PP mulai dari Rp890 ribu untuk sekali jalan. Penerbangan rute ini menempuh jarak yang cukup jauh, atau selama 2,55 jam, sehinga memakan biaya operasional yang tinggi.
Sama seperti penerbangan Citilink rute lainnya, rute ini juga akan dilayani oleh pesawat jenis Airbus A320 dengan kapasitas 180 penumpang. Dan pada tahap awal, penerbangan rute ini akan dilayani satu kali dalam sehari.