Bisnis.com, JAKARTA—Produsen baja domestik menarik nafas lega melihat tren penyusutan impor asal China.
Direktur Hubungan Internasional Asosiasi Besi dan Baja Indonesia (Indonesian Iron and Steel Association /IISIA) Purwono Widodo menyatakan pabrikan China masih membatasi hasil produksinya ke pasar ekspor lantaran permintaan domestik ekonomi terbesar di dunia itu menguat.
“Kalau dilihat itu yang menjadi penyebab mengapa harga baja meningkat pesat. Dampaknya volume impor pasti terus menurun secara perlahan,” ujarnya kepada Bisnis, Minggu (17/9/2017).
Menurutnya, pabrikan lokal kini dapat lebih kompetitif menyaingi produk baja murah asal China. Purwono menyatakan penguatan harga baja menjadi momentum pemicu persaingan bisnis dengan harga wajar.
“Memang pasti kita tidak bisa menutup sepenuhhnya pasar domestik dari produk impor karena kebutuhan nasionalnya cukup tinggi. Hanya perlindungan terhadap unfair trade mesti terus dikejar,” ujarnya.
Direktur Eksekutif IISIA Hidayat Triseputro berharap kenaikan impor baja yang terjadi pada Agustus lalu hanya merujuk kepada produk baja yang belum diproduksi pabrikan domestik. Terlebih, pemerintah juga mulai memperketat pengawasan terhadap baja impor.
“Overall kami masih mengantisipasi terjadinya tren penurunan impor, mengingat harga baja dunia masih cukup tinggi dan stabil. Di sisi lain China juga masih akan memprioritaskan pasokan baja untuk permintaan di dalam negerinya,” ujarnya.
Badan Pusat Statistik mencatat volume impor besi dan baja sebanyak 1,03 juta ton pada Agustus lalu, atau naik 9,7% bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebanyak 0,93 juta ton. Kenaikan volume itu berbanding lurus dengan kenaikan nilai impor. Nilai impor besi dan baja Agustus lalu mencapai US$649,77 juta, atau naik 2,11% dibandingkan dengan bulan sebelumnya senilai US$636,32 juta.
Sebaliknya, volume impor pada produk hilir besi dan baja pada Agustus lalu tercatat sebanyak 0,09 juta ton, atau justru turun 21% dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebanyak 0,12 juta ton. Penurunan volume itu sejalan dengan turunnya nilai impor. Nilai impor produk olahan besi dan baja pada periode yang sama tercatat senilai US$218,83 juta, atau turun 13% dibandingkan dengan Juli 2017 senilai US$251,81 juta.