Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Tembakau Masih Diperlukan

Industri rokok masih membutuhkan impor tembakau sebanyak 100.000 ton per tahun guna menutupi kekurangan pasokan secara domestik.
Petani memotong daun muda tembakau di Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (24/7)./ANTARA-Aditya Pradana Putra
Petani memotong daun muda tembakau di Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (24/7)./ANTARA-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com JAKARTA—Industri rokok masih membutuhkan impor tembakau sebanyak 100.000 ton per tahun guna menutupi kekurangan pasokan secara domestik.

Hasan Aoni Aziz US, Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia, menyampaikan sampai saat ini jumlah kebutuhan tembakau yang merupakan bahan baku utama rokok hampir menyentuh 300.000-340.000 ton per tahun. Adapun yang dapat diproduksi oleh lokal baru mencapai 200.000 ton per tahun.

"Sebenarnya jumlah produksi nasional dapat berubah naik dan turun, hal ini terpengaruh dengan cuaca. Kendati demikian, yang pasti untuk saat ini industri rokok masih membutuhkan bahan baku impor," kata Hasan di sela-sela acara Focus Group Discussion bertema Ketahanan Industri Nasional dan Ketersediaan Bahan Baku, Kamis (7/9/2017).

Sebelumnya, pelaku usaha khawatir denga regulasi larangan dan pembatasan (lartas) impor yang sedang dibahas oleh pemerintah. Tembakau menjadi salah satu komoditas utama yang mendapatkan lartas tersebut.

Menurutnya, industri rokok nasional telah menyerap sepenuhnya tembakau lokal. Namun untuk jenis rokok seperti mild dibutuhkan campuran tembakau berjenis virginia guna menekan jumlah nikotin.

"Pertumbuhan rokok berjenis mild semakin meningkat, sedangkan tembakau jenis virginia tidak sepenuhnya bisa didapatkan dalam negeri. Tidak hanya itu, tembakau jenis oriental juga tidak diproduksi dalam negeri," katanya.

Dia menambahkan, bahwa tanaman tembakau sensitif dengan perubahan musim. Jika dihadapkan dengan cuaca hujan sepanjang tahun, produksi dan kualitas tembakau akan menurun. Hal ini membuat industri rokok harus mengimpor agar dapat berproduksi.

"Tidak seperti dengan industri lain yang bisa substitusi impor, komoditas rokok dirasa sulit. Setiap negara memiliki kandungan tanah yang berbeda sehingga menghasilkan nikotin yang berbeda juga. Jenis tembakau asli Indonesia adalah tembakau yang memiliki nikotin yang tinggi, sedangkan tren pasar saat ini adalah yang rendah nikotin" imbuhnya.

Ketua Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia, Muhaimin Moefti menyatakan rokok di Indonesia memiliki jenis yang berbeda dibandingkan dengan luar negeri. Rokok di Tanah Air berjenis kretek, yang setiap pabrikannya memiliki aroma khas yang berbeda.

Menurutnya, kebijakan pemerintah harus dirumuskan secara berhati-hati sehingga tidak menghambat produksi. Apalagi jumlah pegawai industri rokok dari hulu sampai hlir mencapai lebih dari jutaan.

"Rokok kretek untuk mendapatkan aroma khas mesti dicampurkan dengan saus, cengkeh dan jenis tembakau yang berbeda. Pabrik menyesuaikan dengan keinginan konsumen, sehingga tidak mungkin mengganti cita rasa yang dimiliki oleh sebagian tembakau impor menggunakan tembakau lokal 100%," kata Muhaimin.

Pada kesempatan yang sama, Atong Soekirman, Asisten Deputi Pengembangan Industri Kementerian Koordinator Perekonomian, mengatakan jika suatu bahan baku tidak dapat memenuhi kebutuhan industri nasional maka tidak ada jalan lain untuk impor. Pemerintah tidak akan membuat suatu kebijakan suatu manufaktur untuk menghentikan produksi.

"Kendati demikian, industri diarahkan untuk bisa mensubstitusi bahan baku agar hasil dari petani lokal dapat terserap. Upaya substitusi perlu untuk dicoba, jika tidak dapat dijalankan oleh rokok maka harus dirundingkan kembali kebijakan yang terbaik untuk bersama," katanya.

Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor tembakau Indonesia pada Januari 2017 hingga Juli 2017 mencapai US$318,49 juta. Jumlah tersebut naik dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai US$274,30 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper