Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan produk air minum dalam kemasan pada tahun ini diperkirakan hanya tumbuh satu digit.
Ketua Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Rachmat Hidayat menyatakan melandainya permintaan pada Lebaran lalu menjadi faktor pemicu pabrikan merevisi target penjualan.
“Kenaikan penjualan pada Lebaran kemarin meleset dari asumsi. Tahun ini bisa tumbuh 7%—9% saja itu sebenarnya sudah cukup bagus,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (7/9/2017).
Menurutnya, pabrikan AMDK pada tahun lalu memasarkan sebanyak 26 miliar liter. Rachmat memperkirakan penjualan AMDK berkisar di angka 27 miliar liter pada tahun ini.
Situasi pasar ini membuat sejumlah perusahaan produsen air minum dalam kemasan menahan rencana ekspansi dan pembangunan pabrik baru karena persaingan untuk memperebutkan pasar menjadi semakin kompetitif seiring semakin banyaknya kompetitor di dalam industri.
Terlebih, pasar domestik juga terisi oleh ribuan merek AMDK. “Dengan demikian pengembangan bisnis setiap perusahaan juga melihat situasi pasar,” ujarnya.
Dengan demikian, produsen AMDK umumnya menyiasati kenaikan penjualan dari pasar nonritel. Produsen AMDK kini lebih aktif menangkap peluang saluran distribusi produk ke sejumlah hotel, restoran, dan kafe. “Pangsa nonritel ini yang biasanya sedang digodok,” ujarnya.
Riset Nielsen terhadap penjualan produk Fast Moving Consumer Goods di Indonesia mencatat adanya pertumbuhan single digit pada produk air mineral. Penjualan ritel air minum dalam kemasan tumbuh 4,6% pada semester pertama 2017. Pertumbuhan volume itu disertai dengan kenaikan nilai penjualan ritel produk tersebut sebesar 9,1% pada periode yang sama.