Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian mengerahkan tim ke lokasi sehubungan dengan laporan kasus antraks yang terjadi di Sulawesi Selatan dan Gorontalo.
Siaran pers Kementan, Kamis (31/8/2017), tim telah menginvestigasi dan mengambil sampel untuk pengujian laboratorium, serta memberikan bantuan vaksin dan obat-obatan.
Berdasarkan laporan dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Maros, kasus anthrax di Sulsel terjadi di Dusun Moncongjai, Desa Rompegading, Kecamatan Cenrana. Sapi yang mati di lokasi tersebut 3 ekor, yaitu masing-masing pada 8 Agustus, 11 Agustus, dan 21 Agustus.
Menurut Kepala Balai Besar Veteriner Maros Sulaxono, pada 22 Agustus, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan setempat serta Kepolisian telah menginvestigasi ke lapangan untuk mengetahui penyebab kematian ternak sapi dan mengambil sampel potongan telinga ternak yang mati.
Sampel potongan telinga sapi yang mati itu, selanjutnya diuji di Laboratorium Bakteriologi Balai Besar Veteriner Maros. Sulaxono menyampaikan, berdasarkan hasil uji sampel tersebut, teridentifikasi adanya kuman Bacillus anthracis. Kuman Bacillus anthracis merupakan kuman penyebab anthrax.
Berdasarkan laporan tersebut, Balai Besar Veteriner Maros pada 24 Agustus bersama dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel dan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan Maros langsung mengerahkan tim ke lapangan untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyebaran antraks.
Baca Juga
Pertama, mengisolasi sapi di daerah itu agar tidak digembalakan dan dibawa keluar dari desa tertular. Kedua, mengobati dan memvaksinasi antraks. Ketiga, menyemprot desinfektan pada tanah yang tercemar. Keempat, mengubur dan membakar bangkai sapi. Kelima, menggugah public awareness masyarakat melalui TV, media cetak, dan radio.
Bantuan vaksin dan obat-obatan dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Sulsel telah diberikan kepada masyarakat pada 24 Agustus berupa vaksin anthrax sebanyak 2.000 dosis, injectamin 10 botol, antibiotik sebanyak 14 botol, desinfektan 7 liter, obat cacing 2 pot, dan formalin 5 liter.
Terkait kasus antraks di Gorontalo, Ditjen PKH pada 25 Agustus hingga hari ini telah mengerahkan tim ke lokasi kasus. Selain tim pusat, Tim Provinsi Gorontalo dan Kabupaten Gorontalo juga turun ke lokasi.
Tim Gabungan
Tim gabungan sampai saat ini masih melakukan kegiatan pengamanan dan pengendalian bersama Dinas dan Kepolisian setempat. Dalam investigasi, tim memperoleh laporan 6 ekor sapi yang mati pada 28 Agustus di Kelurahan Bolihuangga dan Kelurahan Tenilo, Kecamatan Limboto.
Pengambilan sampel terhadap ternak yang mati telah dilakukan oleh petugas dinas untuk diperiksa secara cepat di laboratorium kabupaten. Hasil pengujian cepat di laboratorium kabupaten menunjukkan adanya kuman batang papak yang diduga kuat merupakan kuman Bacillus anthracis.
Pada 30 Agustus, saat Tim BBVet Maros dan Tim Direktorat Kesehatan hewan di lapangan menjumpai adanya 4 ekor sapi mati di kelurahan yang sama yang diduga terserang anthrax. Pengambilan sampel telah dilakukan tim untuk diuji di Laboratoriun Bakteriologi BBVet Maros.
Tim gabungan langsung melakukan tindakan cepat. Pertama, vaksinasi sebanyak 295 ekor sapi dan pengobatan antibiotika terhadap 117 ekor sapi.
Kedua, melakukan penutupan wilayah tertular. Ketiga, menjaga lalu-lintas ternak bekerja sama dengan kepolisian setempat dan melakukan pelarangan bagi peternak untuk melalulintaskan ternak sapinya keluar desa dan kecamatan tertular.
Keempat, melakukan komunikasi dan edukasi kepada masyarakat terkait dengan tata cara penanganan dan pengendalian penyakit antraks.
Kelima, public awareness pada televisi. Selain itu, pemerintah pusat melalui tim memberikan bantuan obat-obatan untuk peternak pada 30 Agustus.