Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara tengah merampungkan penandatanganan jual beli listrik (power purchase agreement/PPA) terhadap tiga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) mulut tambang hingga akhir tahun ini.
Tiga pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan skema mine to mouth tersebut adalah PLTU Mulut Tambang Jambi Tahap 1 dengan kapasitas 2 x 300 megawatt (MW), PLTU Mulut Tambang Kalselteng 3 dengan kapasitas 200 MW dan PLTU Mulut Tambang Kaltim 5 dengan kapasitas 500 MW.
Direktur Pengadaan Strategis II PT PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan, secara keseluruhan, masalah PPA ini belum rampung karena proses negosiasi soal harga jual beli listrik belum mencapai titik temu.
"Kami tidak ingin ada disparitas harga yang terlalu tinggi. Kita perlu berhati-hati dalam negosisasi ini," ungkapnya saat menghadiri rapat dengan Komisi VII DPR RI, di Gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (29/8/2017).
Penetapan tarif tersebut berkaitan dengan proyeksi pemerintah untuk menurunkan tarif listrik bagi konsumen. Supangkat Iwan menjelaskan, pihaknya perlu mempertimbangkan harga yang efisien agar harga listrik untuk konsumsi masyarakat menjadi murah.
Menurut data Kementerian ESDM, sebanyak 52,6% listrik yang dibeli PLN dari IPP berasal dari PLTU. Sementara itu, harga batu bara mengambil porsi sebesar 33,5% dari rata-rata biaya pokok produksi (BPP) nasional yang saat ini sebesar US$7,35 sen per Kilowatt-Hour (KWh).
Menurut data PLN, saat ini, kapasitas PLTU terpasang sebesar 28.090 MW. Angka ini mengambil 52% dari total kapasitas pembangkit sebesar 54.015 MW.
Supangkat menjelaskan proses negosiasi PLTU Mulut Tambang Jambi Tahap 1 sudah hampir selesai. Namun, menurutnya, tambang tersebut belum memiliki sertifikasi internasional.
Direktur Utama PLN Sofyan Basir menambahkan setelah itu, pihaknya akan merampungkan tiga PPA PLTU Mulut Tambang lainnya yang terletak di Sumatra dan Kalimantan. Dia memperkirakan total kapasitasnya sebesar 1.500 MW dari enam pembangkit tersebut.