Bisnis.com, JAKARTA—Produsen farmasi PT Kalbe Farma Tbk. tengah merampungkan pembangunan pabrik baru untuk pembuatan bahan baku bioteknologi di Cikarang. Perseroan menargetkan tahap pembangunan fisik pabrik beserta seluruh perizinan dapat diselesaikan pada kuartal akhir tahun ini.
“Rencananya, pabrik itu mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan 2018,” ujar Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk.Vidjongtius kepada Bisnis (30/8/2017).
Pabrik itu nantinya memproduksi erythropoietin dengan kapasitas melebihi 10 juta unit setiap tahun. Erythropoietin merupakan kandungan yang meningkatkan sel darah merah untuk mengatasi anemia.
Keberadaan pabrik erythropoietin tersebut berdampak terhadap efisiensi biaya perseroan lantaran menggantikan bahan baku impor. Perseroan sudah memiliki sebanyak 10 pabrik eksisting yang memproduksi berbagai macam varian produk farmasi.
Penambahan pabrik baru menjadi salah satu strategi perseroan untuk mencapai target pertumbuhan penjualan pada tahun ini. Kalbe menargetkan kenaikan laba sebesar 8%—10% pada 2017.
Menurutnya, perseroan mengalokasikan belanja modal senilai Rp1,2 triliun pada tahun ini untuk ekspansi kapasitas pabrik dan memperluas jaringan distribusi. “Jaringan distribusi nasional juga semakin diperkuat,” ujarnya.
Kalbe Farma mencatatkan penjualan senilai Rp10,66 triliun pada semester pertama 2017. Kinerja penjualan perseroan meningkat 5,3% dibandingkan dnegan semester pertama 2016 senilai Rp9,55 triliun.
Kinerja penjualan perseroan ditopang oleh bisnis penjualan obat resep, produk kesehatan, nutrisi, dan jasa distribusi. Pemasaran sebanyak 95% produk Kalbe ditujukan kepada permintaan domestik, dan sisanya sebanyak 5% diekspor ke sejumlah negara Asean.
Pangsa Kalbe di dalam pasar farmasi domestik sebesar 11%.
Pasar farmasi di Indonesia pada tahun lalu mencapai Rp67,2 triliun. Dengan komposisi sebanyak 62% permintaan untuk obat resep dan 38% sisanya merupakan permintaan terhadap obat bebas. “Sekarang kami masih pemain terbesar dalam pasar obat resep di Indonesia.”
Obat resep Kalbe berkontribusi senilai penjualan Rp2,42 triliun terhadap total penjualan pada semester pertama 2017. Sebanyak 55% obat resep Kalbe merupakan produk obat generik dengan merk tertentu. Sementara itu, sebanyak 16,4% produksi obat resep Kalbe merupakan produk generik tanpa merk. Sisanya sebayak 28,3% merupakan produk berlisensi.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Farmasi Dorojatun Sanusi sebelumnya menyatakan produsen farmasi lokal masih bergantung terhadap bahan baku impor. Ketergantungan sektor farmasi terhadap barang impor mencapai 95%.
“Bahan baku kita kan masih impor semua. Padahal permintaan pemerintah untuk pengadaan obat dari program JKN itu sangat masif,” ujarnya.
Permintaan pengadaan obat dari program Jaminan Kesehatan Nasional masih menjadi tumpuan pabrikan farmasi domestik karena pemerintah dalam beberapa tahun terakhir mulai memastikan ketersediaan alokasi belanja kesehatan sebesar 5% dari total belanja negara.
Dorojatun optimistis pasar farmasi domestik pada tahun ini dapat tetap tumbuh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yaitu sebesar 7%—8%. Pada kuartal kedua 2017 sektor industri kimia dan farmasi mencatatkan petumbuhan sebesar 7,38%. Sementara itu, pasar farmasi domestik pada tahun ini diperkirakan mampu menembus Rp70 triliun.