Bisnis.com, JAKARTA - Penyaluran benih unggul ke petani dinilai belum optimal, dimana tingkat penyerapan hanya mencapai 57,73%
Ketua Komisi IV DPR Edhy Prabowo menyebut, lebih dari 40% benih yang digunakan petani belum bersertifikat.
Dia merinci rata-rata kebutuhan benih tanaman padi dalam kurun waktu 2009-2015 sebesar 344.858 ton untuk luas tanam 13,79 juta ha. Sementara, penyerapan benih bersertifikat hanya sebesar 188.728 ton atau 57,73%.
Kondisi serupa juga terjadi pada benih tanaman jagung. Dari kebutuhan 73.662 ton untuk luas tanam 4,09 juta ha, penyerapan benih bersertifikat hanya 43.460 ton atau 58,66%.
Begitu pula pada benih tanaman kedelai. Dari kebutuhan sebanyak 31.640 ton untuk luas tanam 0,76 juta ha, penyerapan benih bersertifikat hanya sebesar 16.120 ton atau 50,67%.
Akibat penggunaan benih yang tidak bersertifikat, maka produktivitas khususnya pada padi tidak meningkat signifikan dalam lima tahun terakhir.
"Berdasarkan informasi dari Litbang Pertanian, semua varietas benih unggul dipunyai. Namun, dari inovasi yang tercipta ini belum sampai ke masyarakat," kata dia dalam diskusi tentang pengembangan teknologi perbenihan dan perbibitan nasional serta penguatan kelembagaannya di Kementerian Pertanian, Senin (21/8).
Menurutnya, tak mungkin ada swasembada pangan tanpa ada jaminan benih bersertifikat. Sebab, dengan benih bermutu dapat meningkatkan produksi pangan dan memberi nilai tambah bagi petani. Diantara ciri-ciri benih bermutu yakni produktivitas tinggi, pertumbuhan seragam, dan kualitas genetisnya tinggi.