Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyampaikan konsumsi ikan lebih penting daripada beras.
Hal itu dikemukakannya di depan sekitar 6.000 mahasiswa Institut Teknologi Bandung peserta kuliah umum.
“Saya sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan berhak mengklaim ikan lebih penting daripada beras. Makan beras sekali-sekali, makan ikan harus setiap hari. Kalau karbohidrat itu hanya membuat energi, tapi tidak membangun sel-sel,” ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (19/8/2017).
Susi memaparkan pembangunan generasi yang sehat dan cerdas penting untuk menghadapi kompetisi global yang makin keras. Sumber daya manusia Indonesia harus dipersiapkan menjadi lebih baik, lebih terampil, lebih cepat, lebih gesit, dan lebih pintar.
Untuk itu, konsumsi ikan penting untuk mewujudkan bangsa yang cerdas dan mampu bersaing secara global. Lebih penting lagi, ketersediaan ikan sangat penting untuk memenuhi asupan protein masyarakat.
“Better quality, smarter, stronger, more power. Kalau beras, kebanyakan makan nasi, ngantuk. Jadi makan ikannya jangan ikan asin. Kamu kalau makan ikan asin, pasti nanti makan nasinya banyak lagi,” ujarnya.
Susi mengungkapkan banyak masyarakat yang belum memahami betul esensi dari kebijakan-kebijakannya, terutama kebijakan pemberantasan illegal fishing melalui moratorium kapal asing. Menurut dia, masyarakat belum terbiasa dengan kebijakannya yang baru dan cenderung berani.
Dia berpendapat dunia akademik seharusnya adalah dunia yang penuh dengan semangat perubahan. Menjaga integritas dengan bersikap jujur dan tidak berbohong hanya untuk menyenangkan semua pihak adalah langkah untuk memajukan bangsa.
“Anda sudah masuk ke perguruan tinggi, sudah menjadi generasi Indonesia yang mempunyai kesempatan to be educated, to be better, di depan. Tetapi kalau itu tidak dipakai karena Anda takut dan ragu-ragu, Indonesia akan dibawa ke mana,” ujarnya.
Dia mendorong mahasiswa untuk memperkuat bidang riset, termasuk bidang riset kelautan dan perikanan. Menurut dia, belum ada perubahan apapun dari segi pendidikan dan kebudayaan dalam misi menuju perubahan maritim yang lebih baik.
“Saya melihat perguruan tinggi di luar negeri lebih terbuka, lebih cair. Mereka lebih kepada seperti badan riset yang moving fast. Dan mereka pergerakannya sangat cepat sekali. Saya pikir ini haruslah segera dibangun di perguruan tinggi dan sekolah-sekolah Indonesia,” tambahnya.
Dia meyakini jika ITB mencontoh ini, ITB akan menjadi perguruan tinggi yang mengadopsi teknologi, ilmu pengetahuan, dan situasi.