Bisnis.com, JAKARTA – Badan Statistik di setiap negara menjadi badan independen yang merilis data-data, terutama data statistik ekonomi suatu negara. Namun, terkadang badan statistik menghadapi konflik kepentingan dari pemerintah yang berusaha ‘memoles’ data ekonomi negaranya.
Dalam makalah berjudul ‘Trials of a statistician’, Robert Langkjaer-Bain mengungkapkan bagaimana badan statistik resmi dan para ahli statistik kerap mendapat tekanan eksternal. Tekanan tersebut seringkali berasal dari pemerintah sendiri.
Dalam jurnal yang diterbitkan di jurnal Significance dan dirilis di wiley.com tersebut, Robert mencontohkan kasus yang menjerat Andreas Georgiou, yang menghadapi tuntutan hukum dari pemerintah Yunani atas pengungkapan data statistik negara tersebut.
Banyak yang dituding menjadi sumber utama krisis utang Yunani yang telah berlangsung selama delapan tahun, termasuk warga Yunani, pemerintah, kreditur, Dana Moneter Internasional (IMF), dan kanselir Jerman Angela Merkel.
Tanpa titik temu pada siapa yang bertanggung jawab, pihak berwenang Yunani kemudian mencari strategi alternatif dengan mengincar pengolah data ekonomi. Dalam kasus ini, orang tersebut adalah Andreas Georgiou, mantan kepala otoritas statistik nasional Yunani, Elstat, yang menghadapi tuntutan pidana dan ancaman hukuman penjara seumur hidup.
Menurut jaksa, dan politisi dari seluruh pihak (termasuk presiden saat ini, Prokopis Pavlopoulos), statistik yang dirilis Elstat di bawah arahan Georgiou menggelembungkan angka defisit negara, dan dengan demikian menghancurkan ekonomi dengan memaksa pemerintah untuk menerima langkah-langkah penghematan sebagai bagian dari paket bailout-nya.
Menurut Georgiou (yang mendapat dukungan dari kantor statistik Uni Eropa, Eurostat), datanya akurat dan dihitung sesuai peraturan yang disepakati, serta hanya mengungkapkan angka Yunani yang mengejutkan.
Setelah mengolah data dan mengungkapkan data akurat mengenai ekonomi Yunani, pada Januari 2013 Georgiou mengetahui bahwa dia dan rekan-rekannya dituntut untuk membuat pernyataan palsu tentang angka defisit 2009 dan menyebabkan kerugian negara sebesar €171 miliar. Georgiou juga akan dituduh melakukan pelanggaran tugas.
Atas tuduhan tersebut, dia diancam dengan hukuman penjara seumur hidup. "Saya kaget, bagaimana mungkin saya diselidiki dan diseret ke pengadilan di saat dua setengah tahun pada saat itu, kami telah menghasilkan statistik tanpa reservasi [dari Eurostat]?" ujarnya.
Georgiou telah menyimpan rician mengenai serangkaian tindakan hukum terhadapnya selama enam tahun terakhir. Beberapa kasus telah ditutup, dihentikan, dibuka kembali, dan terus menerus disebut dalam serangkaian pengadilan.
Georgiou bukan orang pertama yang bekerja dalam statistik yang terjebak dalam situasi seperti ini. Beberapa tahun sebelum krisis utang Yunani, Graciela Bevacqua yang bekerja pada badan statistic nasional Argentina juga mengalami keadaan serupa. Ia bertanggung jawab atas indeks harga konsumen (IHK) di tempat ia bekerja sejak tahun 1984.
Dengan sejarah hiper-inflasi yang merugikan Argentina membuat data Bevacqua selalu muncul di publik, namun hal ini meningkat pada tahun 2006 ketika pemerintahan Nestor Kirchner bertekad untuk menurunkan inflasi dari level tinggi tahun sebelumnya sebesar 12,3% menjadi di bawah 10%, dan Pemerintah sangat tertarik dengan metodologi statistik inflasi Bevacqua.
Bevacqua terus mendapat pertanyaan dan interogasi dari pemerintah Dia mengingat banyak permintaan "konyol" atas informasi dari pemerintah. Pada suatu kasus, dia diminta untuk membulatkan ke bawah seluruh angka desimal dalam statistiknya.
"Selama satu setengah bulan, saya bisa menghabiskan waktu lebih dari 40 menit untuk menjawab pertanyaan mengenai metodologi CPI. Mereka hanya menginginkan angka yang rendah," katanya.
Pengalaman Graciela Bevacqua dan Andreas Georgiou benar-benar memberi kekhawatiran tersendiri bagi pada ahli statistik. Cerita mereka menunjukkan bahwa ahli statistik masih rentan terthadap konflik kepentingan, terutama dari politisi, bahkan ketika mereka memegang teguh standar statistik yang tepat.
Meskipun ahli statistik menghadapi banyak tekanan sehari-hari, yang beberapa di antaranya sangat ekstrem seperti kedua contoh di atas, undang-undang profesional menjadi benteng melawan sebagian besar ancaman terhadap independensi statistik.
Banyak permintaan "konyol" atas informasi dari pemerintah. Pada suatu kasus, dia diminta untuk membulatkan ke bawah seluruh angka desimal dalam statistiknya
Di Amerika Serikat, misalnya, berbagai lembaga statistik mendapat manfaat dari perlindungan hukum yang diperkenalkan dalam dekade terakhir, yang dipicu oleh kekhawatiran bahwa pemerintah dapat mempengaruhi bagaimana data dipresentasikan.
Mantan ahli statistik nasional Inggris, Jil Matheson, juga mendukung adanya payung hukum terhadap ahli statistik, terutama Undang-Undang Statistik dan Pendaftaran tahun 2007, yang membentuk Otoritas Statistik Inggris sebagai badan pengawas untuk badan statistik resmi yang independen.
"Politisi harus memahami gagasan bahwa statistik terlalu penting bagi mereka untuk mencoba ikut campur, dan jika mereka melakukannya akan kembali dan menggigit mereka," kata Matheson.