Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manajemen Minang Mart Siapkan Rencana IPO

Manajemen PT Retail Modern Minang yang mengelola jaringan ritel dengan brand Minang Mart di Sumatra Barat menyiapkan rencana initial public offering (IPO) untuk pendanaan jangka panjang.
Minang Mart/Twitter
Minang Mart/Twitter

Bisnis.com, PADANG — Manajemen PT Retail Modern Minang yang mengelola jaringan ritel dengan brand Minang Mart di Sumatra Barat menyiapkan rencana initial public offering (IPO) untuk pendanaan jangka panjang.

Syaiful Bakhri, Direktur Minang Mart mengatakan sudah menyiapkan rencana IPO sebagai sumber pendanaan jangka panjang, karena perseroan tidak mungkin mendapatkan pendanaan pemda, meski salah satu pemegang sahamnya adalah BUMD.

“Karena swasta, kami harus kreatif mencari pendanaan sendiri. Rencananya IPO, tapi setelah buka 100 gerai,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (25/7/2017).

Menurutnya, saat ini jumlah gerai yang beroperasi sebanyak lebih 20 unit, dan targetnya mencapai 85 gerai di seluruh Sumbar sepanjang tahun ini. Selain itu, juga sudah ada ratusan calon mitra yang mengajukan kemitraan dengan Minang Mart.

Kebijakan pemerintah daerah menutup izin bagi ritel modern asing berjaringan untuk masuk ke daerah itu merupakan keuntungan sekaligus tantangan bagi perseroan. Sebab, selain diuntungkan karena minimnya pesaing, perseroan justru dituntut meningkatkan pelayanan dan kenyamanan toko dengan kualitas setara atau lebih baik dari ritel modern asing.

Perusahaan yang berdiri pada 2016 itu, adalah join venture antara BUMD PT Grafika Jaya Sumbar dengan PT Sentra Distribusi Nusantara (SDN) yang membentuk PT Retail Modern Minang. Perusahaan baru inilah yang akan mengelola ritel dengan brand Minang Mart dan Kadai Minang.

“Selain Minang Mart, kami juga buka kemitraan Kadai Minang. Ini modalnya lebih sedikit, Rp50 juta sudah cukup,” kata Syaiful.

Saat ini, imbuhnya, sudah dibuka satu gerai Kadai Minang sebagai percontohan. Untuk jangka panjang, Kadai Minang diterapkan untuk usaha kelontong dengan modal relatif lebih kecil.

Syaiful memastikan sistem kemitraan yang dibangun menguntungkan masyarakat, karena tidak fee yang ditarik manajemen.

“Jadi tidak sama dengan franchise. Ini murni kemitraan, gratis. Mereka [pemilik gerai] hanya bayar sekali di awal untuk pembenahan toko dan modal isi toko. Itu saja,” katanya.

Adapun, untuk membuka gerai Minang Mart dibutuhkan modal Rp300 juta plus ruko satu pintu hingga Rp500 juta – Rp600 juta plus ruko dua pintu dengan tipe ritel lebih besar.

Syaiful mengungkapkan omset kotor satu gerai per hari mencapai rata-rata Rp7,7 juta. Bahkan di saat peak season dan weekend omset harian jauh lebih tinggi bisa mencapai Rp35 juta.

Program Minang Mart awalnya digagas pemerintah daerah untuk meningkatkan toko-toko milik masyarakat menjadi ritel berkualitas dengan layanan setara ritel moder, tapi karena keterbatasan anggaran, rencana itu diserahkan ke swasta dengan keterlibatan BUMD untuk melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menyebut BUMD didorong untuk mempercepat pengembangan Minang Mart.

“Terutama Bank Nagari, kalau masyarakat tidak punya modal, dibantu modali. Tapi untuk penjaminan ada Jamkrida,” katanya.

Dia memastikan Pemprov Sumbar dan 19 pemerintah kabupaten/kota di seluruh Sumbar sepakat menutup izin masuknya ritel modern asing dengan jaringan luas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Heri Faisal
Editor : Heri Faisal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper