Bisnis.com, JAKARTA -- Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) memandang ekspor cangkang sawit untuk kebutuhan biomassa adalah masa depan industri sawit Indonesia.
Ketua Umum Perhepi Bayu Krisnamurthi mengatakan pengapalan cangkang sawit ke Jepang memberi gambaran bahwa Indonesia mulai mendiversifikasi ekspor produk sawit dengan tidak hanya mengapalkan minyak goreng, oleochemical, dan biodiesel.
"Prospek sawit menjadi lebih terbuka di tengah kita menghadapi usaha mengelola harga CPO [melalui kebijakan penyerapan CPO dalam negeri untuk biodiesel] yang hari-hari ini sedang turun sedikit. Tapi kalau kita punya produk yang tidak berbasis cairan, kita akan tertolong," katanya, Senin (24/7/2017).
Menurut dia, pengusaha Indonesia dan Jepang telah meneken kontrak pengapalan cangkang sawit hingga 10 tahun ke depan senilai US$1,5 miliar.
Seperti diketahui, Negeri Matahari Terbit tengah mengerek energi baru terbarukan (EBT) dalam energy mix mereka, salah satunya dengan menggunakan bioenergi yang berasal dari cangkang sawit.
Mantan wakil menteri perdagangan itu sebelumnya menyebutkan harga cangkang sawit sekitar US$80 per ton free on board (FOB) atau US$110-US$120 per ton cost, insurance, freight (CIF).
Baca Juga
Dalam hitungannya, dengan proyeksi permintaan CPO dari Indonesia mencapai 60 juta ton pada 2045, maka ada sekitar 7-8 juta ton cangkang sawit dan 12-25 juta ton tandan buah kosong yang dapat dijual ke pasar global.