Bisnis.com, JAKARTA—Industri kosmetik pada kuartal II/2017 diperkirakan tumbuh di bawah 10%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada tahun-tahun lalu yang umumnya mencapai dua digit.
“Memang masih ada peningkatan sedikit, tapi menurut saya tidak signifikan jika dibandingkan tahun lalu. Secara umum, penjualan tidak terlalu bagus. Saat ini, pemerintah menggenjot infrastruktur, belum fokus kepada peningkatan daya beli,” jelas Direktur Utama PT Martina Berto Tbk Bryan D. E. Tilaar kepada Bisnis, Kamis (13/7/2017).
Bryan mengatakan industri kosmetik juga masih menghadapi persoalan tingginya impor baik yang masuk melalui jalur resmi maupun ilegal.
Menurutnya, dalam 3 tahun—4 tahun terakhir, konsumsi produk-produk FMCG tidak semasif pada tahun-tahun sebelumnya. Kendati demikian, industri kosmetik pada semester pertama konsisten tumbuh dua digit di level 11%—12%, terutama jika melalui bulan puasa dan Lebaran.
Adapun, penurunan penjualan terjadi pada seluruh lini penjualan yaitu produk perawatan tubuh, rambut, dan kulit. Menurut Bryan, data Nielsen pun menunjukkan penjualan produk perawatan kulit dan rambut tumbuh melambat dibandingkan dengan semester yang sama tahun lalu.
“Sepanjang tahun ini, target industri itu kosmetik tumbuh sekitar 9%—11%. Tapi kalau lihat kondisi sekarang, sulit memperkirakan apakah target itu bisa tercapai. Kami masih mau lihat kinerja semester kedua nanti. Lini penjualan lain juga akan ditingkatkan,” jelas Bryan.
Adapun, perusahaan dengan kode saham MBTO ini akan giat ‘menjemput bola’ pada semester II/2017. Penjualan melalui layanan daring dan lini digital lain akan semakin ditingkatkan.
Martina Berto merupakan perusahaan di bawah naungan Martha Tilaar Group yang memproduksi sejumlah merek kosmetik nasional, seperti Sariayu, Biokos, Mirabella, Belia, dan Rudy Hadisuwarno Cosmetics.