Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Djakarta Lloyd Jajaki Angkutan Gas Dengan PGN

Perusahaan pelayaran milik negara PT Djakarta Llyod (Persero) tengah menjajaki kerja sama pengangkutan gas dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero). Djakarta Lloyd siap menambah armada guna menunjang ekspansi ke angkutan gas.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA -- Perusahaan pelayaran milik negara PT Djakarta Llyod (Persero) tengah menjajaki kerja sama pengangkutan gas dengan PT Perusahaan Gas Negara (Persero). Djakarta Lloyd siap menambah armada guna menunjang ekspansi ke angkutan gas.

Direktur Utama Djakarta Lloyd, Suyoto mengatakan penjajakan dengan PGN merupakan cermin dari pemulihan reputasi perseroan yang mulai menapak tahap ekspansi setelah lama berkutat dalam restrukturisasi utang dan operasional.

Kini, Djakarta Lloyd telah mendapat kontrak angkutan batu bara dari PT PLN (Persero) dan tengah dalam tahap akhir kesepakatan kontrak dengan PT Pelindo III (Persero). "Kami sudah mau MoU dengan PGN, arahnya ikut partisipasi di [angkutan] gas. Kami juga akan kerja sama dengan perusahaan lain," jelasnya kepada Bisnis.com, Selasa (11/7/2017).

Sebagaimana diketahui, Djakarta Lloyd telah mendapat kontrak angkutan batubara dari PLN dengan volume 1,2 juta metrik ton per tahun. Perseroan yang berdiri 66 tahun silam itu juga bakal mendapat kontrak dari Pelindo III berdurasi 15 tahun.

Suyoto menekankan, kepercayaan dari klien menjadi modal penting di tengah langkah perseroan untuk memulai ekspansi pascarestrukturisasi. Alhasil, Djakarta Lloyd yakin tahun ini mampu mendulang pendapatan Rp600 miliar dengan laba bersih Rp50 miliar.

Untuk diketahui, Djakarta Lloyd telah menuntaskan restrukturisasi utang sebesar Rp1,5 triliun kepada para kreditor lewat skema konversi saham. Arham Torik, mantan Direktur Utama Djakarta Lloyd mengatakan, selama kepemimpinannya, perseroan juga telah melakukan rasionalisasi jumlah karyawan dan penyelesaian utang pajak lewat program amnesti pajak.

Arham mengusulkan, manajemen bisa melakukan negosiasi ulang dengan kreditor konkuren dengan pemotongan utang 60%. Untuk diketahui, perdamaian perseroan dengan kreditur telah menyepakati pembayaran utang dimulai pada 2019. "Setelah itu baru dilakukan kuasai reorganisasi di 2019," ujarnya kepada Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rivki Maulana
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper