Bisnis.com, JAKARTA - Biaya operasional pesawat yang ditanggung maskapai kian besar, menyusul adanya penutupan sementara landas pacu Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar, sehingga menyebabkan sejumlah penerbangan terpaksa dialihkan ke bandara alternatif.
Managing Direktur Lion Air Group Daniel Putut mengatakan pengalihan penerbangan memang menambah biaya operasional maskapai, khususnya dari biaya bahan bakar pesawat atau avtur.
“Memang ada biaya tambahan, tetapi kondisi ini [pengalihan] sudah kami antisipasi, dan termasuk dalam irregularities cost. Jadi, saya pikir ini normal, apalagi karena disebabkan oleh cuaca buruk,” katanya di Jakarta, Senin (19/06).
Daniel menambahkan Lion Air saat ini belum dapat mengukur seberapa besar dampak dari biaya tambahan itu terhadap kinerja keuangan maskapai. Namun, dia berpendapat dampak yang ditimbulkan dari biaya tambahan itu berbeda untuk setiap maskapai.
Vice President Corporate Secretary PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Hengki Heriandono menuturkan pihaknya belum ingin berkomentar banyak terkait dampak finansial akibat adanya pengalihan penerbangan. “Nilai kerugian masih dihitung,” tuturnya.
Senada, Ketua Penerbangan Berjadwal Indonesia Air National Carriers Association (INACA) Bayu Sutanto menyampaikan bahwa dampak dari pengalihan penerbangan terhadap maskapai tidak sedikit.
“Pertama, adanya tambahan biaya avtur. Kedua, utilitas pesawat menjadi lebih rendah dan rotasi jadwal berikutnya menjadi delay. Ketiga, adanya biaya tambahan di luar biaya avtur,” ujarnya.
Bayu mengungkapkan untuk menghitung besaran kerugian yang diterima maskapi akibat pengalihan penerbangan agak sulit. Namun, dia memperkirakan kebutuhan tambahan avtur dari Denpasar ke Surabaya, dan sebaliknya sekitar 2.500 liter.
Meski begitu, lanjutnya, maskapai memang harus menerima risiko itu mengingat pengalihan penerbangan bertujuan untuk menjaga keselamatan penumpang. Apabila tidak dilakukan, maka berpotensi menimbulkan kecelakaan.
“Meski ada nilai kerguian, safety para penumpang tetap menjadi prioritas. Kalau dipaksakan landing saat cuaca buruk, kemungkinan terjadi accident saat mendarat. Seperti kejadian baru-baru ini di Manokwari dan Ambon,” katanya.
Seperti diketahui, landas pacu Bandara Ngurah Rai ditutup sementara pada Senin (19/06), mulai pukul 07.54 WIB sampai dengan 08.50 WIB. Akibat penutupan landas pacu itu, sebanyak 20 penerbangan dari dan ke Bandara Ngurah Rai terganggu.
Israwadi, Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura (AP) I, mengatakan penutupan landas pacu disebabkan hujan deras, sehingga membuat jarak pandang yang hanya sejauh 100 meter dari jarak pandang minimal yang diperkenankan 800 meter.
“Kami menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dirasakan penumpang dan para pengguna jasa Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali karena penutupan sementara landas pacu,” tuturnya.
Israwadi menyampaikan 20 penerbangan yang terdampak terdiri dari empat kedatangan domestik, tiga kedatangan internasional, 10 keberangkatan domestik dan tiga keberangkatan internasional.
Untuk kedatangan domestik, maskapai yang terdampak, yakni dua penerbangan GIAA dari Makassar dan Cengkareng, Nam Air dari Yogyakarta, dan Lion Air dari Solo. Untuk internasional, dua penerbangan AirAsia dari Darwin dan Guangdong dan Qatar dari Doha.
Sementara itu, penerbangan keberangkatan domestik yang terdampak, yakni Citilink tujuan Jakarta, lima penerbangan Lion Air tujuan Yogyakarta, Cengkareng, Surabaya, Makassar dan Kupang, serta Air Asia tujuan Cengkareng.
Kemudian, tiga penerbangan Wings Air tujuan Labuan Bajo, Bima, dan Waingapu. Adapun untuk keberangkatan internasional yang terdampak adalah dua penerbangan AirAsia tujuan Perth dan Don Mueang, serta GIAA tujuan Singapura.
“Bandara kembali beroperasi sejak 08.50 WITA. Penerbangan pertama setelah bandara kembali beroperasi adalah kedatangan Citilink dari Bandung dan keberangkatan Nam Air menuju Yogyakarta,” ujarnya.