JAKARTA—Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang dilakukan oleh PT Pelindo I dan Port of Rotterdam dari Belanda akan mempercepat proses industrialisasi di Sumatra Utara. Pelabuhan tersebut akan mempermudah proses perpindahan barang dari kawasan industri sekitar.
Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Imam Haryono mengatakan Pelabuhan Kuala Tanjung akan mempermudah alur distribusi dari sedikitnya dua industri yang sedang berkembang di Sumut, yaitu Inalum dan kawasan industri Sei Mangkei.
“Sudah ada dua anchor tenant di sana, Unilever di Sei Mangkei dan Inalum. Proses klasterisasi aluminium dan hilirisasi CPO akan terpacu. Kuala Tanjung akan mengintegrasikan pelabuhan dan kawasan industri,” jelas Imam, Rabu (14/6).
Proyek pelabuhan yang menelan dana investasi sebesar Rp34 triliun tersebut didesain untuk dapat menjadi hub internasional. Kawasan industri Sei Mangkei merupakan pusat hilirisasi minyak sawit mentah (CPO), komoditas unggulan mengingat Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar dunia.
Sementara itu, kawasan industri Inalum merupakan area baru yang didorong pengembangannya oleh Kemenperin sebagai pusat pengolahan aluminium. Dengan menjadi kawasan industri sendiri, operasional produksi di wilayah itu diharapkan lebih efisien.
Pelabuhan Kuala tanjung dibangun oleh joint venture antara Port of Rotterdam dan Pelindo I yang pembangunannya sudah dimulai sejak 2015. Pelindo menargetkan operasional tahap pertama dapat dimulai pada semester II tahun ini.
Pelindo I diharapkan dapat mengikuti kesuksesan Port of Rotterdam yang merupakan pelabuhan tersibuk Uni Eropa. Peran pelabuhan itu bagi produk domestik bruto (PDB) Negeri Kincir Angin tersebut mencapai 3,5% pada tahun lalu.