Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

NTT Dinilai Cocok Jadi Lokasi Budi Daya Bawang Putih

Potensi Nusa Tenggara Timur dinilai memiliki lahan potensial dan iklim yang mendukung untuk budi daya tanaman bawang.
Ilustrasi: Pekerja menata tumpukan bawang putih saat operasi pasar bawang putih di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (2/6)./Antara-R. Rekotomo
Ilustrasi: Pekerja menata tumpukan bawang putih saat operasi pasar bawang putih di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (2/6)./Antara-R. Rekotomo

 

Bisnis.com, KUPANG - Potensi Nusa Tenggara Timur dinilai memiliki lahan potensial dan iklim yang mendukung untuk budi daya tanaman bawang.

"Hasil servei dan penelitian yang dilakukan Undana menunjukkan NTT memiliki karakteristik lahan dan iklim yang cocok untuk mendukung pengembangan tanaman bawang putih dan merah sebagai komoditas yang banyak dibutuhkan rumah tangga dan untuk kebutuhan obat-obatan lainnya," kata Leta Rafael Levis, dosen pada Fakultas Pertanian Lahan Kering Universitas Nusa Cendana Kupang.

"Harga bawang putih di pasaran selalu mengalami fluktuasi yang ekstrem bahkan terkadang komoditas bumbu dapur itu sulit diperoleh pada waktu dan masa tertentu," kata Leta.

Di Kupang, misalnya kata Leta Levis, harga bawang putih sebelumnya melonjak tajam dengan harga eceran tertinggi Rp80.000 per kilogram.

"Harga tersebut naik hampir dua kali lipat dari harga jual bawang putih pada bulan Mei 2017 yakni Rp50.000. Bahkan di Jakarta sendiri, harga bawang putih berkisar Rp60.000 -- Rp65.000 per kilogram," kata Leta.

Harga tersebut, ujar Leta masih lebih tinggi dari harga acuan tertinggi Kementerian Perdagangan, yakni Rp38.000.

Menurut Leta, persoalan fluktuasi ekstrem ini dipicu oleh permintaan yang lebih besar dari pada ketersediaan bawang putih di pasaran.

Apalagi di bulan Ramadan, lonjakan harga juga diperparah ulah kartel bawang putih yang sering memainkan harga dengan mengatur suplai ke pasaran agar harganya melonjak.

Persoalan produksi bawang putih dalam negeri juga jadi faktor lain. Saat ini produksi bawang putih dalam negeri hanya sebesar 20.295 ton, jauh dari kebutuhan konsumen yang mencapai lebih dari 400 ribu ton per tahun, sehingga perlu juga adanya inovasi..

Inovasi ini untuk membuat bawang putih bisa tumbuh subur dan berbuah di tanah-tanah tropis. Pengembangan produk pertanian ini bisa menjadi jawaban terhadap rendahnya produktifitas bawang putih dalam negeri, tegas Leta.

Inovasi pertanian, lanjut Leta, berdampak pada kelangsungan perdagangan komoditas dalam negeri.

NTT sudah saatnya membudidayakan tanaman ini untuk memenuhi kebutuhan antarpulau, dan lebh bagus kalau sampai diekspor.

Di Tiongkok, ujar Leta, inovasi di bidang pertanian telah berhasil mendongkrak ekspor buah dan produk holtikultura lain hingga bisa ekspor dengan harga yang kompetitif.

Untuk itu, katanya tugas pemerintah, menurutnya, harus menekan impor agar dapat menumbuhkan produktivitas bawang putih dalam negeri.

Harga bawang putih impor yang terlampau murah akan berdampak buruk bagi petani. Akhirnya petani juga malas membudidayakan tanam bawang ini meskipun faktor lahan dan iklimnya sangat mendukng, tegas Leta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper