Bisnis.com, JAKARTA—Produsen peledak komersial terkendala memperoleh bahan baku domestik dengan harga kompetitif. Pemasok ammonium nirate diduga memonopoli pasar bahan baku dengan mempermainkan harga pasar domestik.
“Pangsa domestik salah satu di antara mereka terlalu besar dan sengaja ingin mengeset marketprice Ammonium Nitrate nasional,” ujar Direktur Utama PT Dahana (Persero) Budi Antono saat berbincang dengan Bisnis di kantornya, Senin (5/6).
Pangsa pasar produsen bahan baku peledak domestik hanya dikuasai tiga pabrikan ammonium nitrate, yaitu PT Kaltim Nitrate Indonesia 52%, PT Multi Nitratama Kimia 32%, dan PT Black Bear Resources 16%.
Budi menyatakan bahkan ada selisih harga yang lebih tinggi senilai US$110 per metric ton antara produk domestik dengan impor. Padahal, harga ammonium nitrate rata rata di pasar global rata-rata US$400 per ton. “Ya makanya mohon maaf saja kita laporkan ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha. Gugatannya sudah kita layangkan,” ujar Budi.
Bila pabrikan mensubstitusi ammonium nitrate impor dengan produk lokal, setidaknya ada biaya tambahan mesti ditanggung senilai US$6 juta per tahun. Selama ini PT Dahana memenuhi kebutuhan bahan baku peledak dari pabrikan China dan Korea.
“Penggunaan belanja operasional kami ketat sekali, makanya kenapa harus beli yang mahal. Justru kalau beli domestik sama BPK malah bisa dibilang menyebabkan kerugian negara.” tambahnya
Baca Juga
Kapasitas produksi bahan baku peledak ammonium nitrate nasional mencapai 510 ribu ton. Permintaan dalam negeri tahun lalu sebesar 370 ribu tom. Sebanyak 90 ribu ammonium nitrate di antaranya dipasok barang impor.