Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KEPALA EKONOM BANK DUNIA Punya Kebijakan Nyeleneh, Ini Alasannya

Paul Romer, pejabat top dari salah satu lembaga keuangan yang paling disegani di dunia, Bank Dunia, mendeklarasikan perang. Masalahnya, perang itu adalah terhadap sebuah kata. Dan kata itu adalah ‘dan’.
Karyawati beraktivitas di dekat logo Bank Dunia di Jakarta, Rabu (1/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Karyawati beraktivitas di dekat logo Bank Dunia di Jakarta, Rabu (1/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—Paul Romer, pejabat top dari salah satu lembaga keuangan yang paling disegani di dunia, Bank Dunia, mendeklarasikan perang. Masalahnya, perang itu adalah terhadap sebuah kata. Dan kata itu adalah ‘dan’.

Benar, Anda tidak salah membaca kalimat di atas. Paul Romer membatasi penggunaan kata ‘dan’ dalam laporan yang ditulis para stafnya pada level 2,6% dari keseluruhan kata dalam teks. Hal ini dilaporkan oleh The Economist berdasarkan sebuah memo yang beredar di internal World Bank pada akhir pekan lalu.

Sebagai kepala ekonom dan deputi presiden senior World Bank, Romer memang memiliki wewenang untuk mengambil kebijakan ini. Bahkan, Romer menegaskan tidak akan menyetujui laporan apapun jika kata ‘dan’ dalam laporan tersebut melebihi batas yang ia tetapkan.

Romer ditunjuk menjadi kepala ekonom World Bank pada 18 Juli 2016 dan efektif bekerja sejak September 2016. Sebelum bekerja untuk World Bank, anak dari mantan Gubernur Colorado Roy Romer ini adalah profesor di New York University serta Stanford University.

Sebagai akademisi, Romer dikenal sebagai salah satu perintis teori pertumbuhan ekonomi endogen (endogenous growth theory) dan kota mandiri/independen (charter city). Karya-karyanya antara lain Increasing Returns and Long Run Growth (1986), Endogenous Technological Change (1990), Economic Integration and Endogenous Growth (1991) dan Growth Cycles (1998).

Secara simplistis, teori ekonomi endogen mempromosikan aspek-aspek internal sebagai faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi, bukan aspek-aspek eksternal. Untuk itu, teori pertumbuhan endogen mengutamakan investasi terhadap sumber daya manusia, pengembangan teknologi serta pengetahuan dan inovasi sebagai kontributor bagi pertumbuhan ekonomi.

Sementara, kota mandiri yang dimaksud oleh Romer adalah mengembangkan kota dengan seperangkat institusi dan peraturan yang telah dimodifikasi serta memiliki otonomi khusus dari negara tempatnya berada, untuk menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.

Kota-kota yang kerap dijadikan rujukan adalah kota-kota di dalam negara bagian California, seperti Oakland, Newport Beach, San Francisco, Los Angeles dan ibu kota negara bagian Sacramento. Di luar Amerika Serikat, konsep ini merujuk pada Hong Kong dan Macau. Romer mengutarakan ide ini di TED Talk, sebuah forum rutin tentang inovasi mutakhir, pada 2009.

Namun, konsep terakhir Romer banyak mengundang kritik. Salah satu kritik terbesarnya adalah Romer hanya meniru konsep kolonialisme gaya baru (neo-colonialism), yang seolah menyerahkan kekuasaan kota dari sebuah negara berkembang kepada negara maju.

Di luar itu, pada hari penunjukkannya sebagai pejabat tinggi Bank Dunia, Presiden Grup Bank Dunia Jim Yong Kim menyatakan pihaknya sangat antusias terhadap komitmen Romer dalam memerangi kemiskinan dan ketimpangan. “Kami tidak sabar menantikan temuan-temuan solusi inovatif [Romer] yang bisa diangkat dan didayagunakan,” kata Kim.

Maka, hal yang pertama yang kemudian dilakukan oleh Romer adalah memerangi penggunaan secara eksesif kata ‘dan’. Intinya, adalah membuat laporan-laporan Bank Dunia menjadi ‘lebih mudah terbaca’.

Pasalnya, salah satu tugas utama lembaga yang pernah menjadi tempat bernaung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ini sangat berat. Tugas itu adalah memberantas kemiskinan di seluruh dunia, yang masih mendera sekitar 10% dari populasi dunia yang saat ini diestimasi mencapai 7,5 miliar orang.

The Economist menyebutkan, dari riset yang dilakukan oleh peneliti Stanford Literary Lab Franco Moretti and Dominique Pestre terhadap laporan World Bank penggunaan kata ‘dan’ secara rata-rata sejak 1940 atau periode ketika The Bank berdiri memang hanya sekitar 2,6%. Namun sejak 2012, angka ini terus melesat hingga menyentuh level 6%.

Angka ini diikuti oleh penggunaan akronim yang rata-rata mencapai 5% per laporan dari sekitar 3% pada 1970an. Masalahnya, pada 2014, laporan-laporan World makin tidak diminati oleh publik. Daari 1.611 dokumen yang dirilis oleh lembaga ini, sebanyak 32% tidak pernah diunduh oleh siapapun.

Adapun, pada Oktober 2015, Romer pernah menulis sebuah artikel bertajuk ‘Clear Writing Produces Clearer Thoughts’ di blog pribadinya, yang kemudian diangkut ke situs resmi World Bank sesaat setelah ia dilantik menjadi kepala ekonom.

Romer barangkali memahami benar bahwa tujuan World Bank yang barangkali sungguh mulia bakal susah tercapai apabila pihak-pihak lain tidak pernah memahami atau bahkan 'terpeleset' ketika membaca buah kerja lembaganya.

Persis seperti sebuah kalimat dari penulis ternama George Orwell yang pernah ia kutip di blog pribadinya, “The slovenliness of our language makes it easier for us to have foolish thoughts.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper