Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sritex Gandeng BPJS Bangun 10.000 Rumah Karyawan

PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menggandeng Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dalam membangun 10.000 rumah bagi karyawan pabrik tekstil tersebut.
Pabrik tekstil Sritex/Antara-R. Rekotomo
Pabrik tekstil Sritex/Antara-R. Rekotomo

Bisnis.com, JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) menggandeng Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dalam membangun 10.000 rumah bagi karyawan pabrik tekstil tersebut.

“Pembangunan tahap awal perumahan untuk 10.000 karyawan PT Sritex tersebut akan dimulai tahun ini setelah lahan siap. Kami bekerja sama dengan BPJS Tenaga Kerja. Tapi kami yang menyediakan lahan,” jelas Dirut Sritex Iwan Setiawan Lukminto dalam keterangan tertulisnya.

Pembangunan nantinya akan dikerjakan pengembang. Lembaga perbankan akan membantu penyaluran kredit. “Langkah ini merupakan komitmen perusahaan dalam membantu karyawan untuk memiliki rumah.”

Karyawan Sritex saat ini mencapai lebih dari 50.000 orang.
Menurut Iwan, ada dua tipe yang dikembangkan untuk hunian pekerja, yakni tipe subsidi pemerintah yaitu dengen nilai kredit Rp130 juta dan ketentuan DP 1 %. Sedangkan tipe kedua adalah non subsidi, dengan nilai kredit mencapai Rp500 juta, DP 5% dengan suku bunga acuan plus 3%.

Dirut BPJS Ketenagakerjaan Agus Susanto mengatakan BPJS Ketenagakerjaan menyambut baik kerja sama dengan Sritex dalam pembangunan perumahan karyawan tersebut. BPJS “Ketenagakerjaan telah menjalin kerja sama dengan bank dan pengembang,” jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo meresmikan perluasan pabrik PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) sebagai salah satu upaya pengembangan kapasitas produksi dengan total nilai investasi sebesar Rp2,6 triliun, pada Jumat, 21 Maret 2017.
Pada saat yang sama dilakukan upacara pelepasan Ekspor Perdana Benang ke Brasil, Argentina, dan AS. Pasar ekspor produk Sritex saat ini, termasuk benang, garmen dan pakaian militer, mencakup 100 negara. Porsi pasar ekspor Sritex pada 2016, mencapai 52% dari total penjualan Sritex sebesar US$680 juta. Pada tahun 2017, porsi ekspor diharapkan meningkat menjadi 56%.

Menurut Iwan, investasi infrastruktur ini dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan industri padat karya pada sektor Tekstil dan Produk Tekstil.

"Penambahan luas fasilitas infrastruktur pabrik ini dirancang untuk dapat menyerap tenaga kerja baru hingga 3. 500 karyawan yang berdampak secara signifikan pada penambahan kapasitas produksi perusahaan," katanya. Dengan demikian, jumlah karyawan Sritex bakal mencapai lebih dari 50.000 orang.

Dia menjelaskan peningkatan kapasitas pada perusahaan terjadi pada hampir seluruh lini usaha perusahaan seperti penambahan kapasitas spinning dari 1,2 juta mata pintal menjadi 1,5 juta mata pintal, penambahan kapasitas weaving dari 540 juta meter per tahun menjadi 600 juta meter per tahun, penambahan kapasitas produksi finishing dari 540 juta yard per tahun menjadi 660 juta yard per tahun, dan penambahan kapasitas produksi garmen dari 25 juta potong per tahun menjadi 39 juta potong per tahun. Saat ini, kata Iwan, Sritex Group memiliki total 24 pabrik spinning, 7 pabrik weaving, 5 pabrik finishing, dan 11 pabrik garmen dengan total karyawan saat ini mencapai lebih dari 50 ribu orang.

Industri tekstil dan produk tekstil menurut Iwan dapat memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap perolehan devisa ekspor, surplus pada neraca perdagangan, penyerapan tenaga kerja, peningkatan penerimaan di sektor pajak serta pemenuhan kebutuhan sandang dalam negeri.

"Kami meyakini bahwa prospek pertumbuhan Industri TPT Nasional akan semakin baik di masa mendatang karena permintaan pasar dalam negeri yang cukup tinggi serta meningkatnya konsumsi dunia. Pangsa pasar Industri Tekstil Indonesia saat ini baru sekitar 2% dari pasar Tekstil Dunia, sehingga peluang untuk memperluas pasar Industri TPT Nasional di pasar dunia masih sangat besar," papar Iwan.

Data Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menunjukkan bahwa total nilai ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia selama 2016 mencapai US$11,9 miliar, dan hampir separuh dari nilai tersebut, atau sebesar 41,17% diekspor ke Amerika Serikat dengan nilai US$4,9 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper