Bisnis.com, JAKARTA – PT Semarang Herbal Indo Plat awal tahun ini mulai memproduksi ekstrak bratawali dan kelabat.
General Affair, PT Semarang Herbal Indoplant, Raendy Hardipura mengatakan volume penjualan ekstrak tumbuhan Semarang Herbal tumbuh berkisar 5%—6% per tahun.
Permintaan atas ekstrak tumbuhan semakin kuat setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan mengharuskan industri jamu, obat-obatan, dan suplemen makanan beralih dari bahan baku berbentuk tumbuhan kering ke bahan baku berbentuk serbuk.
Dia mengatakan pertumbuhan penjualan tidak hanya berasal dari pertumbuhan permintaan. Semarang Herbal juga berupaya meningkatkan penjualan dengan menambah kategori produk.
Anak usaha PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) itu berusaha menambah tiga ekstrak tumbuhan baru setiap tahun. Produk baru yang diproduksi pada 2016 adalah ekstrak daun kelor diikuti oleh ekstrak brotowali dan ekstrak klabet pada awal 2017.
Semarang Herbal saat ini sudah bisa memproduksi 35 ekstrak tumbuhan. Ekstrak dengan permintaan terbesar adalah kunyit, manggis, dan tribulus.
“Tahun lalu, memang kami cuma keluarkan satu produk baru. Namun, pada dua bulan pertama tahun ini sudah ada dua produk,” kata Raendy kepada bisnis, Selasa (21/3/2017).
Semarang Herbal saat ini mampu memproduksi sekitar 10.000 ton bahan baku per tahun menjadi 250 ton ekstrak. Utilisasi produksi, jelas Raendy, sudah mentok di 80% kapasitas terpasang.
“Kami terus berusaha mengimbangi permintaan. Hanya bisa 80% karena ada kendala sedikit sehingga tidak bisa berproduksi pada kapasitas penuh,” kata Raendy.