Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina Hulu Energi, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor hulu minyak dan gas bumi fokus menggarap Blok Offshore North West Java (ONWJ) dan West Madura Offshore (WMO) untuk efisiensi biaya.
Presiden Direktur PT Pertamina Hulu Energi, Gunung Sardjono Hadi mengatakan di tahun ini pihaknya hanya fokus pada kegiatan di wilayah kerja yang telah mendapat kepastian perpanjangan seperti Blok Offshore North West Java dan Blok West Madura Offshore. Menurutnya, kegiatan di blok lainnya seperti di North Sumatera Offshore (NSO), Aceh; Blok B, Aceh; Blok Siak, Riau; Blok Kampar, Riau; Joint Operating Body East Java, Jawa Timur dan Badan Operasi Bersama Bumi Siak Pusako, Riau terpaksa dikurangi karena faktor harga minyak yang rendah dan meminimalisir depresiasi karena kontraknya yang akan berakhir.
“Jadi untuk beberapa blok yang mau habis, kami tidak lakukan kegiatan besar karena terkait depresiasi,” ujarnya di Jakarta, Rabu (15/3/2017).
Dari kegiatan pengeboran, dia menyebut pihaknya fokus pada kegiatan di wilayah kerja yang telah mendapat kepastian perpanjangan kontraknya. Selain itu, harga minyak yang rendah pun mendorong perusahaan untuk melakukan efisiensi dan hanya bertumpu pada kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap produksi.
Terdapat enam kegiatan pengeboran yang terealisasi pada 2016 dari target semula 38, sehingga pada 2017 ditetapkan target rendah yakni 16 kegiatan. Untuk kegiatan kerja ulang (work over), pada 2016 terealisasi 37 sumur dari target 53 sumur dan target pada 2017 ditetapkan sebanyak 57 sumur.
Untuk kegiatan survey seismic 2D, dari target 3.245 kilometer, tak ada yang terealisasi di 2016 sehingga target di 2017 ditetapkan seluas 5.000 km. Pada kegiatan survey seismic 3D, dari target 513 kilometer persegi (km2), hanya tercapai 146 km2 dan target 2017 naik menjadi 1.405 km2. Kendati harga minyak belum pulih, perusahaan menargetkan tambahan cadangan berada di angka 96,51 MMboe atau lebih tinggi dari capaian pada 2016 yakni 42,87 MMboe.
Dari sisi produksi, pada 2017 ditargetkan bisa mencapai 64.000 barel per hari (bph) minyak dari realisasi produksi di 2016 sebesar 63.000 bph. Sementara, untuk gas ditargetkan produksi bisa menyentuh 769 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/MMscfd) atau lebih tinggi dari capaian 2016 sebesar 722 MMscfd.
Tahun ini, ditargetkan laba bersih sebesar US$151 juta atau turun dari capaian 2016 yakni US$191 juta.
Baca Juga
Menurutnya, laba bersih ditarget turun karena terdapat biaya yang harus dibayarkan di 2017. Khusus pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi (earning before interest, tax, depreciation and amortization/EBITDA) dan pendapatan ditarget naik. Untuk EBITDA, di tahun 2017 ditargetkan bisa mencapai US$895 juta dari posisi pada 2016 US$875,8 juta dan pendapatan ditarget naik menjadi US$1,7 miliar dari semula 1,5 miliar di tahun lalu.
“Laba bersih turun ke US$151 juta karena ada beberapa cost yang kami bayarkan di 2017,” katanya.