Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menawarkan Raja Arab Saudi Raja Salman bin Abdulaziz al Saud berinvestasi pada kilang minyak Dumai dan Balongan serta pembangunan kilang minyak baru di Bontang, Kalimantan Timur.
Achmad Sigit Dwiwahjono, Dirjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka (IKTA) pada Kemenperin berharap tawaran kerjasama pembangunan 3 kilang minyak tersebut dapat disepakati oleh Pemerintah Arab Saudi. Dia optimistis jika kerjasama tersebut dilakukan dapat meningkatkan produksi industri hulu dan impor bahan baku bisa ditekan.
“Semoga tawaran kerjasama ini dapat disepakati. Jadi produksi industri hulu bisa ditingkatkan dan impor bahan baku bisa ditekan,” tuturnya di Jakarta, Senin (6/3).
Dia menjelaskan sebelumnya juga sudah ada kesepakatan penandatanganan investasi dalam bentuk Joint Venture antara PT Pertamina dan PT Saudi Aramco pada pembangunan kilang minyak di Cilacap, Jawa Tengah. Menurutnya, kesepakatan tersebut telah menghasilkan investasi sebesar US$6 Miliar atau sekitar Rp80,2 triliun.
“Buah dari tanda tangan itu kita dapat investasi sebesar US$6 Miliar. Sedangkan investasi industri petrokimia olefin (cracker) dan polyolefin paling tidak targetnya US$3-US$4 Miliar,” katanya.
Sementara itu, Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmadja Puja berjanji pihaknya akan menindaklanjuti komitmen kerja sama antara Indonesia-Arab Saudi untuk pengembangan kilang minyak.
“Untuk investasi Saudi Aramco di Kilang Cilacap sudah jelas dan prosesnya memang sudah lama,” tuturnya.
Wiradmaja juga mengungkapkan pembangunan kilang harus diwujudkan guna mengurangi impor BBM serta menciptakan nilai tambah di dalam negeri. Menurutnya, kebutuhan BBM nasional saat ini mencapai 1,6 juta barel per hari, sedangkan kapasitas secara nyata di dalam negeri hanya sanggup menampung minyak sebesar 800.000 barel per hari.
“Selanjutnya yang perlu ditindaklanjuti adalah pengembangan kilang yang belum dikerjasamakan atau digarap sendiri,” tukasnya.