Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bekraf Rilis Tren Desain & Warna

Kini manusia di seluruh dunia tengah menghadapi persoalan berupa sulitnya membedakan antara benar dan salah.

Kini manusia di seluruh dunia tengah menghadapi persoalan berupa sulitnya membedakan antara benar dan salah.

Informasi yang sedemikian derasnya dari dunia maya membuat manusia kehilangan kemampuannnya dalam membedakan kedua hal tersebut.

Pada akhirnya, selamat datang di era abu-abu. Namun di tengah-tengah persimpangan itu tetap terselip harapan untuk bangkit.

Di industri kreatif, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan pedoman bagi para pelaku ekonomi kreatif yang berkecimpung di desain interior, fesyen, desain produk, dan kriya.

Pedoman yang berjudul Grey Zone Trend Forecasting Indonesia 2017/18 dibuat dengan tujuan untuk mendorong terciptanya desain produk kreatif dari Indonesia yang dapat terus bersaing dengan produk luar negeri.

Total terdapat empat buku dalam pedoman Grey Zone Trend Forecasting Indonesia 2017/18. Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, pedoman yang berbentuk empat buku memberikan terobosan dan wacana baru dalam dunia perancangan dan desain, yang dipadukan dengan warisan budaya, kearifan lokal, dan tren global yang tengah diminati masyarakat dunia.

“Melalui serangkaian riset dan tinjauan berbagai literatur, panduan ini dapat menjadi referensi yang baik dan strategis bagi pertumbuhan industri kreatif di Tanah Air,” tuturnya.

Bukan rahasia lagi jika selama ini tren desain di Indonesia selalu mencontoh dari luar negeri. Belum maksimalnya riset dan pengembangan produk membuat produk dalam negeri kurang dapat bersaing di luar negeri.

Melalui ilustrasi yang dijelaskan dalam buku ini, tambahnya, para pelaku industri kreatif mendapatkan gambaran seperti apa model yang dapat dan tepat untuk digunakan dalam produk mereka.

“Dalam buku ini memang sedikit abstrak, nanti tinggal para pelaku ekonomi kreatif yang menerjemahkannya ke dalam produk mulai dari kriya, fesyen, hingga desain interior. Bagi mereka yang baru merintis usaha, buku ini dapat menjadi pedoman yang sangat berguna,” ujarnya.

Triawan menuturkan, proses penggarapan buku ini melibatkan para akademisi dan profesional yang memahami tren desain dan warna dari keempat ranah tersebut. Guna menjangkau para pelaku ekonomi kreatif di seluruh Indonesia, Bekraf menggratiskan buku tersebut dan dapat diakses dengan cara mengunduh di situs resmi lembaga pemerintah tersebut.

RAGAM DESAIN

Ketua Umum Aliansi Desainer Produk Industri Indonesia (APDII) Adhi Nugraha menuturkan, peran utama prediksi tren adalah menyuguhkan pilihan dalam arahan gaya, penampilan, performa produk, dan upaya membangkitkan pengalaman atau feeling tertentu kepada konsumen.

Hal tersebut menjadi penting mengingat beberapa elemen itu menjadi penentu keunggulan produk kreatif. Senada, Ketua Asosiasi Profesional Desain Komunikasi Visual Indonesia Hastarjo Boedi Wibowo mengatakan, kemampuan membaca tren merupakan kunci dalam menciptakan produk yang berdaya saing guna memenangkan persaingan global.

“Trend forecasting yang diluncurkan Bekraf ini diharapkan menjadi langkah strategis Bekraf dalam menjawab tantangan untuk mewujudkan Indonesia sebagai pusat inspirasi tren dunia,” jelasnya.

Salah satu penulis buku Grey Zone Trend Forecasting Indonesia 2017/18 Isti Dhaniswari menuturkan, pemikiran dalam buku ini dimulai dari konteks saat ini di mana masyarakat hidup dalam masa yang sangat tidak nyaman. Masa di mana kemanusiaan begitu tergantung terhadap teknologi internet. Akibatnya, perhatian publik kepada hal yang tidak berurusan secara langsung kepada keseharian menjadi lebih banyak, dibandingkan dengan hal-hal substansial yang justru lebih penting.

“Dinamakan Greyzone sebagai visuali sasi dari sebuah masa, di mana kita kehilangan kemampuan untuk membe dakan benar dan salah, atau hitam dan putih. Meski demikian, di pusaran abu-abu itu bukan berarti tak ada warna atau harapan yang mungkin muncul lantaran adaptasi kemanusiaan terhadap masa yang ti dak terlalu mencerahkan ini,” tegasnya.

Dalam buku ini, era abu-abu tersebut diterjemahkan menjadi empat tema desain yaitu Archean, Vigilant, Cryptic, dan Digitarian. Tema Archean diilhami oleh periode awal terjadinya fotosintesa di bumi serta mewakili pemikiran tentang kehidupan saat bumi masih berusia muda.

Archean memberikan inspirasi desain yang berasal dari pola pembentukan bumi. Tema Vigilant lahir dari semangat kembali ke nilai-nilai tradisional yang didukung teknologi modern atau pengetahuan tinggi.

Dalam tema ini ditampilkan desain-desain bercorak garis-garis perancangan kontemporer yang bersih dan kuat terhubung dengan tradisi. Sebaliknya, tema Cryptic mengadaptasi kemajuan teknologi dalam rekayasa hayati. Seringkali hasil rekayasa tersebut menghasilkan ciptaan tidak biasa, misterius, agak seram, tetapi juga indah untuk diamati.

Sementara itu, tema Digitarian mere pre sentasikan campuran gaya dari berbagai generasi. Tema ini menam pilkan imajinasi petualangan menembus waktu dari gaya yang satu ke gaya lainnya.

Semakin dalam pemahaman pelaku ekonomi kreatif memahami perubahan tren, maka produk-produk yang dihasilkan pun makin memikat hati para konsumen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dika Irawan
Sumber : Bisnis Indonesia (4/3/2017)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper