Bisnis.com, MAKASSAR - Kerusakan alat bongkar muat terminal peti kemas Pelabuhan Makassar memicu kelancaran distribusi logisitik di daerah tersebut terganggu.
Ketua ALFI Sulselbar Syaifuddin Saharudi mengemukakan kerusakan pada alat milik Pelindo IV itu bahkan berpotensi melumpuhkan aktivitas pengiriman komoditas unggulan Sulsel ke sejumlah daerah maupun yang berorientasi ekspor.
"Kargo yang mau masuk ke Sulsel terhambat. Akibatnya, distribusi logisitik terganggu, rantai pasok tidak berjalan optimal. Tata kelola dan penanganan peralatan relatif lamban dilakukan Pelindo IV," katanya, Rabu (22/2/2017).
Dia memerinci, terdapat empat alat milik Pelindo IV yang tidak beroperasi lantaran mengalami perbaikan meliputi satu unit container crane (CC) dan empat unit rubber tyred gantry (RTG) yang memiliki peran vital dalam kelancaran aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Makassar.
Tidak hanya itu, lanjut Syaifuddin, kondisi tersebut juga memicu melonjaknya waktu tunggu kapal serta penumpukan kapal kargo yang sedianya melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Makassar.
"Bahkan saat ini, ada empat kapal kargo berkapasitas besar masih menunngu giliran untuk bongkar muat karena kerusakan alat Pelindo IV. Dampaknya, tidak bisa dibongkar, distribusi kargo ke daerah pun terganggu," tegasnya.
Di sisi lain, hal tersebut juga akan menghambat program Pemprov Sulsel yang sedang gencar mendorong program ekspor tiga kali lipat demi meningkatkan kinerja logistik nasional serta memicu pergerakan harga sejumlah komoditas yang masuk ke Sulsel.
"Ini jadi preseden buruk bagi logistik Sulsel. Efeknya berantai. Berpotensi memicu naiknya harga barang, karena rantai pasok terganggu, hingga semakin melemahkan kinerja pelayanan pelabuhan kita," kata Syaifuddin.
Adapun peralatan bongkar muat yang mengalami kerusakan adalah CC 04, RTG 02, RTG 07, RTG 12 serta RTG 9. Semuanya diklaim pihak Pelindo IV dalam kondisi tidak siap operasi per 22 Februari 2017.
Sementara itu, Corsec Pelindo IV Baharuddin M menilai kekhawatiran terganggunya distribusi logistik karena kerusakan alat bongkar muat sangat berlebihan.
"Itu terlalu berlebihan, CC di terminal peti kemas ada tujuh unit dan ada satu yang lagi perwatan rutin, besok sudah selesai," katanya singkat.