Bisnis.com, JAKARTA- Sejumlah data ekonomi telah dirilis pada pekan ini, dan pasar masih menunggu kebijakan pajak Amerika Serikat.
Ekonom PT. Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta, seperti dikutip dari risetnya, mengemukakan data ekonomi yang telah dirilis tersebut adalah:
- Kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump masih ditunggu. Presiden Donald Trump berjanji akan mengumumkan kebijakan insentif pajak dalam waktu dekat
- Jepang masih lambat. Pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal IV/2016 direvisi turun ke 1% YoY dari 1,3% YoY
- Tiongkok masih dihindari. Cadangan devisa Tiongkok turun $12,3 miliar menjadi $2,998 triliun.
- Likuiditas dollar domestik kuat. Cadangan devisa naik $500 juta menjadi $116,9 miliar di Januari 2017 dari US$116,4 miliar. Defisit neraca transaksi berjalan turun dari 1,9% terhadap PDB ke 0,8% di kuartal IV/2016
- Prospek membaik. Moody’s mengubah prospek peringkat utang Indonesia dari stabil menjadi positif dan tetap peringkat layak investasi.
- Prospek pertumbuhan membaik. Indeks Penjualan Riil Desember 2016 yang tumbuh 10,5% YoY, lebih tinggi dibandingkan 9,9% YoY pada November 2016
- BI mencatat penyaluran kredit perbankan Januari 2017 tumbuh 10% YoY
- Ancaman inflasi bertahan. PT PLN menetapkan tarif listrik nonsubsidi untuk 13 jenis pelanggan tetap sampai Maret 2017
- Berdasarkan hasil survei pertengahan Februari 2017, perkiraan inflasi 0,35% MoM atau 3,95% YoY
- Pendapatan negara digenjot. Ditjen Pajak bersiap memeriksa wajib pajak yang tidak mengikuti Tax Amnesty. Mulai 1 Maret 2017, akses permintaan data wajib pajak di bank akan lebih cepat.