Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Defisit Transaksi Berjalan 2017 Bisa Melebar Di Kisaran 2,0%-2,2%

Defisit transaksi berjalan pada tahun ini bisa melebar pada kisaran 2,0%-2,2% terhadap Produk Bruto Domestik. Pada 2016, defisit transaksi berjalan diperkirakan berada di level 1,9%-2,0% terhadap PDB.
./.Reuters
./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit transaksi berjalan pada tahun ini bisa melebar pada kisaran 2,0%-2,2% terhadap Produk Bruto Domestik. Pada 2016, defisit transaksi berjalan diperkirakan berada di level 1,9%-2,0% terhadap PDB.

Ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede menuturkan peningkatan defisit transaksi berjalan dipengaruhi oleh relatif besarnya defisit neraca jasa untuk pembayaran jasa freight bagi kegiatan perdagangan. Namun, dia melihat adanya potensu penerimaan jasa pariwisata cenderung meningkat. 

Dia berpendapat pemerintah perlu mendorong industri perkapalan nasional  sehingga kegiatan ekspor impor  dapat menggunakan kapal nasional. Selain itu, pemerintah juga perlu mengoptimalkan kembali industri pariwisata nasional sehingga kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia semakin meningkat.

"Sementara itu, neraca pendapatan primer juga cenderung berpotensi meningkat dikarenakan peningkatan pembayaran pendapatan bunga surat utang pemerintah ditambah lagi dengan potensi peningkatan pembayaran pendapatan investasi langsung dan investasi lainnya," ujarnya, di Jakarta, Minggu (22/1/2017).

Namun demikian, defisit neraca barang diperkirakan masih berpotensi menurun seiring dengan tren peningkatan harga komoditas serta rencana relaksasi ekspor mineral. 

Josua menambahkan defisit transaksi berjalan mesti dioptimalkan untuk kegiatan yang produktif sehingga dapat tetap menjaga momentum pertumbuhan. 

Sebelumnya, Bank Indonesia memperkirwkwn defisit diprediksi mencapai 2,4% karena aksi ekspansi investasi yang meningkat sehingga menarik impor lebih banyak. Kendati dalam kondisi sehat, namun neraca pendapatan dan neraca jasa masih belum berperforma maksimal. 

Gubernur BI Agus D.W Martowardojo mengatakan neraca perdagangan sepanjang 2016 menunjukkan surplus yang membaik karena terjadinya kenaikan harga barang yang diekspor.

Namun, tantangan utama dari berasal dari neraca pendapatan dan neraca jasa yang pada keseluruhan tahun lalu diperkirakan menyumbang defisit masing-masing US$30 miliar dan US$6 miliar sehingga defisit transaksi berjalan pada 2016 bisa mencapai US$17 miliar.

"Itu kalau dibandingkan 2013, defisit transaksi berjalan sampai US$27 miliar. Kondisi sekarang menunjukkan kondisi lebih baik, defisit transaksi berjalan terhadap PDB itu ada di kisaran 1,8% di 2016," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper