Bisnis.com, JAKARTA - Berkebalikan dengan kekhawatiran sebagian kalangan terhadap kebijakan perdagangan AS bakal yang lebih protektif di bawah pemerintahan Donald Trump, pelaku usaha mebel dan kerajinan justru melihat adanya peluang positif di balik kebijakan tersebut.
"Kemungkinan besar proteksi yang dilakukan AS tahun ini lebih ke China, sehingga ini bisa menjadi poin menguntungkan bagi negara di Asia, khususnya Indonesia karena ekspornya justru akan naik," kata Wakil Ketua Umum Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Abdul Sobur, kepada Bisnis, Senin (23/1/2017).
Dia menjelaskan kebutuhan pasar mebel di Amerika Serikat cukup tinggi, yakni mencapai US$40 miliar. Adapun, kapasitas produksi yang dapat dipenuhi oleh industrinya hanya senilai US$7 miliar.
Dengan demikian, bila ekspor dari China dibatasi, akan ada kekosongan pasar yang tetap harus diisi dari negara lain. Selain Indonesia, kue tersebut bakal diperebutkan negara pesaing dari kawasan Asia lainnya seperti Vietnam, Malaysia dan Filipina.
"Yang penting adalah pemerintah Indonesia harus memperbaiki diplomasi dengan AS sehingga kita bisa masuk mensubstitusi pasar bila Trump kurangi dominasi China dan bersiap untuk lebih memproteksi pasar domestik mengantisipasi pengalihan pasar dari China," tuturnya.
Nilai ekspor produk mebel dan kerajinan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir mencapai US$2 miliar per tahun dengan pasar terbesar ke AS dan Eropa.