Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Rate Tetap, Fed Siap Naikkan Suku Bunga, Simak Ulasan Ekonom

Rapat dewan gubernur Bank Indonesia Kamis (20/1/2017) memutuskan menahan suku bunga untuk yang ketiga kali, terhitung sejak November 2016
Ilustrasi./.Reuters
Ilustrasi./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA- Rapat dewan gubernur Bank Indonesia Kamis (20/1/2017) memutuskan menahan suku bunga untuk yang ketiga kali, terhitung sejak November 2016.

Bahana Securities menilai keputusan tersebut, sejalan dengan pemulihan ekonomi global yang mulai menunjukkan pemulihan, serta mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi domestik.

Bahana mencatat untuk yang pertama kalinya, bank sentral dalam pernyataannya memperkirakan ekonomi global memperlihatkan pemulihan, khususnya ekonomi AS dan China.

Meskipun sejumlah risiko global masih menghantui, yakni kebijakan fiskal dan perdagangan AS, rencana kenaikan Fed Fund Rate yang berpotensi menyebabkan kenaikan biaya penjamin, serta proses penyesuaian ekonomi dan keuangan China.

''Meski suku bunga tidak berubah, stance kebijakan BI masih menyiratkan pelonggaran moneter melalui optimalisasi bauran kebijakan macroprudential dan sistem pembayaran untuk mengoptimalkan perekonomian," kata Ekonom Bahana Securities Fakhrul Fulvian seperti dikutip dari rilisnya, Jumat (20/1/2017).

'Dengan pemulihan ekonomi yang masih berlanjut, tambahnya, siklus pengetatan moneter diperkirakan baru akan terjadi tahun depan.

Dia mengemukakan BI memperkirakan ekonomi tumbuh sekitar 5% sepanjang tahun lalu atau pada kuartal empat, BI memperkirakan ekonomi tumbuh lebih tinggi dari 4,8%.

Terutama ditopang oleh kuatnya konsumsi rumah tangga dan investasi, serta kinerja ekspor yang terus memperlihatkan perbaikan terutama karena pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang Indonesia serta pemulihan harga komoditas global.

Pemulihan ekonomi, ujarnya, diperkirakan masih akan berlanjut untuk sepanjang tahun ini, terutama ditopang oleh kinerja ekspor dan menggeliatnya investasi serta konsumsi domestik yang tumbuh stabil.

Bahana menilai penting bagi Indonesia untuk menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi dalam tiga hingga enam bulan kedepan, karena negara-negara lainnya juga diperkirakan akan mengalami pemulihan ekonomi.

''Saat negara-negara lain juga mengalami pemulihan, Indonesia perlu kebih ekspansif khususnya kebijakan fiskal sehingga ekonomi tumbuh lebih tinggi dan bisa mendongkrak rating Indonesia," ujar Fakhrul.

Bank Indonesia juga mencermati tekanan inflasi sepanjang tahun ini, yang berasal dari harga-harga yang diatur oleh pemerintah sejalan dengan reformasi kebijakan energi dan harga bahan pokok.

Stabilisasi nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya, dan tetap menjaga berjalannya mekanisme pasar akan tetap menjadi fokus bank sentral ditengah-tengah ketidakpastian yang masih meliputi pasar global.

Bahana memperkirakan risiko pelemahan nilai tukar kedepannya semakin kecil, meski Yellen dalam statemennya masih cenderung hawkish karena harga komoditas diperkirakan masih akan naik.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper