Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Akbar Suwardi menuturkan potensi kenaikan mata uang dolar Amerika Serikat karena ketidakpastian setelah Donald Trump terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat dapat mempengaruhi kebijakan Fed Fund Rate.
Bank sentral AS bisa berpotensi menaikkan suku bunga acuannya di atas prediksi sebelumnya. Secara kondisi ekonomi dalam negeri, dia menilai tantangan terbesar pada tahun ini akan berkutat pada nilai tukar dan inflasi. Menurutnya, Bank Indonesia tidak bisa bekerja sendiri untuk mengendalikan kedua indikator itu memerlukan eksekusi program yang langsung menyentuh sasaran.
“Nah, apakah dengan adanya tekanan di kedua hal tersebut, otoritas masih dapat mengendalikan sehingga real interest rate di dalam negeri masih menarik atau tidak. Itu sangat tergantung dari respon moneternya nanti,” ucapnya, di Jakarta, Rabu (4/1/2017).
Sebelumnya, Gubernur BI Agus D.W Martowardojo memperkirakan the Fed akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak tiga kali di tahun ini dan tahun depan. Dia berpendapat perlu adanya antisipasi pada utang dalam bentuk valuta asing terutama dolar AS.
Namun, situasi ekonomi domestik masih dalam keadaan stabil sehingga tidak akan terlalu berdampak pada keluarnya dana asing yang besar dari Indonesia. Dia meyakini peluncuran program kerja oleh Trump tidak akan berpengaruh drastis karena kebijakan yang ekstrem bakal berdampak ke fundamental ekonomi AS.
“Di 20 Januari, Presiden AS menyampaikan kabinet dan bagaimana kebijakan ekonominya. Indonesia siap hadapi ini, ekonomi Indonesia termasuk satu dari sedikit negara yang punya ekonomi baik,” ujarnya.