Bisnis.com, BANDUNG - Kementerian Perindustrian menargetkan peluang bisnis jasa perawatan pesawat dan komponen pesawan menjadi tulang punggung untuk mendongkrak neraca perdagangan nasional. Sektor tersebut ditargetkan bisa berjalan pada 2019 mendatang.
Dorongan tersebut disampaikan langsung Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat menghadiri kegiatan ferry flight satu unit pesawat terbang CN235-220M Multi Purpose yang dibeli oleh A.D Trade Belgia untuk Angkatan Udara Senegal di Hanggar Final Assy Fixed Wing PT DI di Bandung, Selasa (27/12/2016).
"Di sektor jasa perawatan pemerintah juga memfasilitas berdirinya asosiasi jasa perbaikan pesawat yang saat ini lebih dari 35 industri MRO salah satunya Garuda Maintenance Facility. Beberapa Aerospace Park didirikan antara lain di Jawa Barat dan Pulau Bintan," katanya.
Menurutnya, saat ini kebijakan fiskalnya sangat mendukung industri MRO untuk berkembang sehingga kawasan tersebut bisa menjadi regional khusus. Sejauh ini, kawasan tersebut digarap oleh swasta dan sejumlah maskapai internasional sudah menyatakan minat untuk masuk.
Bisnis di jasa tersebut membutuhkan investasi hingga US$2 juta. Di samping itu, pemerintah pun terus mendorong industri komponen pesawat udara yang tergabung Inacom yang terdiri dari berbagai industri di bidang metal, karet, plastik, lembaga riset hingga konsultan.
Indonesia Aircraft and Component Manufacturer Association (Inacom) juga diharapkan menjadi bagian penting dalam mata rantai pesawat dunia, menjadi komponen utama pesawat N219 dan pada saat terbang perdana TKDN masuk 40% dan pada 2019 diharapkan meningkat menjadi 60%.
"Pemerintah berharap, kedua peluang usaha itu menjadi ujung tombak pengembangan industri dirgantara nasional," ujarnya.
Lebih lanjut dia memaparkan, pemerintah Indonesia bangga memiliki PT DI yang merupakan satu-satunya industri pesawat terbang yang ada di Asia Tenggara. Sejak 1976, lebih dari 180 pesawat telah dibuat dan di-delivery kepada penggunanya baik CN235, CN295 dan NC212.
"Di antara pesawat yang paling banyak diproduksi adalah NC 212. Sedangkan dalam waktu yang sama PT DI telah mengirim lebih dari 200 helikopter," ujarnya.
Untuk itu, diharapkan pada tahun berikutnya PT DI dapat meningkatkan jumlah pesawat dan helikopter untuk memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri. Sekaligus meningkatkan diversifikasi produk sesuai kebutuhan pasar.
Saat ini PT DI sedang mengembangkan pesawat NC219, pesawat tersebut berpenumpang 19 orang yang diharapkan mampu menjadi sarana penghubung antarwilayah Indonesia yang sebagian besar merupakan kepulauan.
"Pesawat ini diharapkan dapat terbang perdana pada 2017 dan selanjutnya pemerintah sedang meminta PT DI untuk mengembangkan pesawat N245 berpenumpang 50 orang. Pesawat ini masuk dalam proyek prioritas nasional," ucapnya.