Bisnis.com, JAKARTA—Saudi Aramco melepas komitmen untuk bermitra dengan PT Pertamina (Persero) dalam proyek penambahan kapasitas Kilang Balongan, Jawa Barat dan Kilang Dumai, Riau.
Direktur Megaproyek Kilang dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan head of agreement (HoA) dengan Saudi Aramco terkait proyek penambahan kapasitas Kilang Dumai, Riau dan Kilang Balongan, Jawa Barat tak diperpanjang.
Hardadi menyebut pihaknya harus melakukan kajian apakah akan melanjutkan proyek sendiri, seperti pada Kilang Balikpapan atau mencari mitra baru. Dia menyebut beberapa faktor pertimbangan seperti waktu penyelesaian dan aspek finansial.
“HoA dengan Saudi Aramco untuk Balongan dan Dumai sudah berakhir 26 November 2016,” ujarnya seusai Jumpa Pers di Jakarta, Kamis (22/12/2016).
Penyelesaian Kilang Balongan, kata Hardadi, harus disesuaikan dengan rencana penyelesaian Kilang Balikpapan yang ditargetkan rampung pada September 2019.
Mengacu pada rencana tersebut, dia menargetkan Kilang Balongan bisa diselesaikan pada akhir 2019 atau paling lambat pada pertengahan 2020 kendati rencana awal, Kilang Balongan selesai pada 2023.
Proyek penambahan kapasitas Kilang Balongan membutuhkan percepatan karena Kilang Balongan yang saat ini memiliki NCI tertinggi yakni 10, selama ini mengolah nafta yang dihasilkan Kilang Balikpapan.
Bila Kilang Balikpapan yang kini memiliki NCI 3,7 naik, Kilang Balongan kehilangan pasokan nafta. Agar bisa menyelesaikan proyek sesuai target, Hardadi menyebut dalam kurun waktu kurang dari satu bulan.
Seperti diketahui, untuk menambah kapasitas Kilang Balongan dari 125.000 bph menjadi 280.000 bph membutuhkan biaya sekitar US$2,7 miliar.
Sementara, untuk menambah kapasitas Kilang Dumai dari 175.000 bph menjadi 300.000 bph membutuhkan biaya sebesar US$4,2 miliar.
Melalui kajian, pihaknya akan menghitung kembali nilai investasi yang dibutuhkan.
Pada 2017, untuk kegiatan akusisi aset hulu di luar negeri seperti di Iran dan Rusia juga proyek di sektor pengolahan seperti Kilang Balikpapan, Kilang Tuban, Kilang Balongan dan Kilang Tuban, perseroan sudah mengalokasikan US$5 miliar hingga US$6 miliar.
“Nanti kami lihat. Jadi gini, kalau ternyata Pertamina bisa run dengan our capability, tentu tidak perlu mencari partner,” katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Saudi Aramco Amin Nasser mengatakan pihaknya masih menaruh minat terhadap proyek Kilang Dumai dan Kilang Balongan.
Namun, pihaknya perlu melakukan kajian terlebih dahulu yang diperkirakan tuntas pada 2017. Menurutnya, Indonesia menjadi salah satu tujuan investasi di sektor pengolahan, selain China dan Malaysia. “Kami akan melihat kemungkinan di Dumai dan Balongan,” katanya.