Bisnis.com, BOGOR - Guru Besar Tetap Institut Pertanian Bogor (IPB) Sri Hartoyo mengingatkan pemerintah untuk mengurangi subsidi pupuk.
Menurutnya, dana subsidi sebaiknya dialihkan untuk meningkatkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah karena ada atau tidaknya subsidi pupuk, produksi padi tidak mengalami peningkatan.
"Setelah tahun 1985, subsidi harga pupuk menyebabkan dosis pupuk yang digunakan petani menjadi berlebih dan produktivitas padi tidak responsif lagi terhadap perubahan dosis pupuk,"katanya, Senin (19/12/2016).
Sementara itu, kebijakan subsidi harga pupuk memerlukan anggaran pemerintah yang cukup besar dan selalu meningkat tiap tahunnya.
Dia memaparkan, subsidi pupuk dicabut tahun 1999, tapi pupuk yang digunakan petani masih tinggi. Subsidi pupuk tidak mempengaruhi peningkatan produksi padi.
Peningkatan produksi padi dan pendapatan petani padi, kata dia, dapat dilakukan dengan mengalihkan sebagian anggaran subsidi pupuk untuk meningkatkan kualitas irigasi, kualitas jalan, atau anggaran riset.
"Terutama riset untuk menemukan varietas baru yang mempunyai produktivitas tinggi, tahan hama penyakit dan sesuai dengan kondisi lingkungan Indonesia," ujarnya.
Pada riset 1994 menunjukkan kenaikan harga pupuk urea dan pupuk Triple Super Phosphate (TSP) masing-masing sebesar 10 persen menyebabkan permintaan pupuk masing-masing turun sebesar 2,46 persen dan 4,57 persen.
Tetapi, lanjutnya kondisi tersebut malah menyebabkan produksi padi turun 0,17 persen dan pendapatan petani turun 0,93%.
"Beda hasilnya jika harga gabah dinaikkan sebesar 10 persen. Produksi padi meningkat sebesar 2,66%," katanya.