Bisnis.com, JAKARTA – Kendati Kementerian Pertanian telah menutup importasi jagung sejak tahun lalu, hingga tahun ini pemenuhan bahan baku dari jagung lokal untuk industri pakan ternak dirasa masih berat. Pada 2017, kondisi pun diprediksi tidak akan berubah banyak.
Hal tersebut terungkap dala, Seminar Nasional Agibusiness Outlook 2017 yang diselenggarakan hari ini. Pelaku usaha menilai pasokan lokal masih belum mampu menopang kebutuhan jagung secara berkesinambungan untuk industri pakan ternak yang kebutuhannya per tahun mencapai 8 juta ton.
“Keberlangsungan industri pakan ternak ini sangat penting mengingat unggas adalah sumber protein hewani yang terjangkau bagi masyarakat Indonesia,” ungkap Direktur Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis IPB Arief Daryanto, Kamis (15/12/2016).
Saat ini 64% kebutuhan protein hewani dipenuhi dari unggas yang konsumsi per kapita per tahun telah mencapai sekitar 11 kilogram pada 2015
Merespons hal tersebut, Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Dwi Iswari menyampaikan untuk 2017 mendatang pemerintah akan melakukan pengembangan jagung secara masif.
“Pemerintah mengantisipasi hal ini dengan meningkatkan fasilitas sarana produksi jagung berupa benih, pupuk dan pestisida untuk lahan seluas 3 juta hektar, meningkat 10 kali dibanding luasan lahan yang difasilitasi pada 2016,” ungkap Dwi.
Sebagaimana diketahui, pemerintah menutup impor jagung dengan alasan produksi jagung di dalam negeri mencukupi kebutuhan bahan baku industri pakan ternak. Kendati demikian, industri pakan sulit menyerap jagung petani karena kadar airnya mencapai 25%, jauh di atas batas toleransi industri yaitu 15%.