Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian pertanian menyebut impor benih hortikultura yang terus dilaksanakan hingga sekarang bertujuan untuk memperkaya varietas benih di dalam negeri sekaligus menurunkan harga komoditas hortikultura saat terjadi lonjakan.
Direktur Perbenihan Hortikultura Ditjen Hortikultura Kementan Sri Wijayanti Yusuf menyampaikan Indonesia telah mandiri benih untuk sebagian besar produk hortikultura. Impor benih dilakukan untuk memperkaya plasma nutfah benih Indonesia melalui teknologi pemuliaan.
Dia mencatat Indonesia pun sudah mengekspor benih cabai rata-rata 4.000 kilogram per tahun. Menurutnya, benih yang diimpor merupakan benih unggul yang sebelumnya telah melewati serangkaian uji keunggulan.
“Impor kita sedikit sekali, tidak lebih 3% dari kebutuhan benih nasional. Cabai dan bawang sudah mandiri, kentang granola juga sudah. Kalau kentang atlantis kita memang masih impor benihnya sebagian karena sudah ada yang diproduksi di dalam negeri,” ujar Sri di Jakarta, Selasa (13/12).
Dia menyebut untuk benih yang dimasukkan secara legal, petani tidak perlu khawatir karena benih tersebut telah diperiksa oleh Badan Karantina dan terjamin bebas dari penyakit.
Senada, Ketua Umum Dewan Bawang Merah Indonesia (DBMI) Mudatsir menyebut impor benih komoditas itu selama ini memang terbilang kecil karena dapat dipenuhi dari dalam negeri. dia menyebut Indonesia mampu tidak impor benih bawang asalkan pasokan dan kebutuhannya lebih ditata.
“Kalau kita siapkan sejak awal, kebutuhannya tidak akan kurang. Selama ini impor 1.000-an ton itu karena kita tidak hitung-hitung [tidak memperkirakan]. Tahun 2017 saya harap tidak lagi impor karena kami bisa penuhi sendiri,” ujar Mudatsir.
Dia mencatat impor benih bawang merah 1.000 ton tahun ini sebetulnya mampu disubsitusi oleh petani sendiri dari lahan hanya 100 ha. Kendati demikian, dia menyebut ada permintaan yang tidak bisa diantisipasi, terutama dari daerah-daerah yang petaninya memanfaatkan lahan padi.
Sebagaimana diketahui, Indonesia belum lama ini sempat diramaikan dengan penangkapan empat warga China yang melakukan budidaya cabai di Bogor, Jawa Barat. Mereka ternyata membawa benih cabai dengan penyakit Erwinia chrysantemi yang tidak terdapat di Indonesia.
Pemerintah melalui Badan Karantina Pertanian Kementan akhirnya memusnahkan sedikitnya 5.000 batang pohon cabai dan benih tanaman seberat 2 kg agar penyakit tersebut tidak menular. Pemerintah menyebut tingkat kerusakan yang disebabkan Erwinia chrysantemi pada tanaman hortikultura mencapai 70%.
Sebagai catatan, investasi petani hortikultura lebih tinggi dari petani tanaman pangan, dengan biaya per ha mencapai Rp90 juta.
Merespons masuknya benih berpenyakit itu, Kepala Klinik Tanaman Departemen Proteksi Faperta IPB Widodo mengungkapkan pemerintah perlu memiliki regulasi soal kesehatan benih. Saat ini regulasi yang ada hanya mengatur karakter agronomis benih seperti daya kecambah, kadar air, dan bentuk fisik.
“Aturan yang mencatumkan persyaratan kesehatan benih itu tidak ada. Kesehatan benih tidak menjadi bagian dari varietas benih yang diimpor. Persoalan lain lagi, benih bisa datang dari jalur yang ilegal. Kalaupun lewat bandara, kalau tidak di-declare, tidak akan ada pemeriksaan di karantina,” ungkap Widodo saat dihubungi Bisnis.