Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sriwijaya Maintenance Facility Berencana Bangun Hanggar di Bintan

Sriwijaya Maintenance Facility menargetkan menjadi perusahaan perawatan pesawat (maintenance, repair & overhaul/MRO) dunia.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Sriwijaya Maintenance Facility menargetkan menjadi perusahaan perawatan pesawat (maintenance, repair & overhaul/MRO) dunia.

Terkait itu, penyedia jasa perawatan pesawat ini berencana membangun hanggar dengan nilai investasi sebesar US$300 juta di Bintan, Kepulauan Riau pada lima tahun mendatang.

Demikian dikatakan Direktur Utama Sriwijaya Maintenance Facility (SMF) Richard Budihadianto, Senin (5/12/2016).

“Selama tiga tahun ke depan, kami akan fokus dulu membangun hanggar di tempat lain untuk memfasilitasi pesawat-pesawat Sriwijaya Air dan NAM Air. Setelah itu, kami baru masuk ke Bintan,” kata Richard.

Ia menjelaskan sedikitnya ada tiga hal yang menjadi pertimbangan SMF untuk membangun hanggar di Bintan antara lain, pertama, lokasi hanggar berada dekat dengan Singapura.

Dia menuturkan Singapura merupakan pusat industri jasa angkutan udara di Asia Tenggara. Bahkan, seluruh pabrikan memiliki kantor cabang di Negeri Merlion, termasuk gudang suku cadang, workshop dan lain sebagainya.

“Mereka kan center aviation di region kita. Semua pabrikan punya kantor di sana, punya workshop, sparepart dan lainnya. Kalau kita mau bangun bengkel, memang paling bagus itu dekat dengan sumber itu,” tuturnya.

Alasan kedua, hampir seluruh maskapai dunia membuka rute penerbangan ke Bandara Changi Singapura. Dengan kata lain, tidak menutup kemungkinan SMF bakal kecipratan pekerjaan merawat pesawat maskapai asing.

Ketiga, Singapura saat ini tengah kesulitan untuk mencari lahan dan SDM, sehingga kapasitas perawatan pesawat mereka sangat terbatas. Dengan demikian, kemungkinan besar maskapai akan mencari penyedia jasa MRO di tempat lain.

“Tentunya, kalau Bintan bisa menyediakan [jasa MRO], mereka akan melirik ke sana mengingat lokasinya yang cukup dekat, sehingga cost yang harus dikeluarkan maskapai untuk perawatan juga lebih efisien,” ujar Richard.

Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Perawatan Pesawat Indonesia (Indonesia Aircraft Maintenance Services Association/IAMSA) ini juga menilai bahwa pasar luar negeri sebenarnya cukup prospektif untuk digarap.

Pasalnya, pasar luar negeri memberikan margin yang terbilang cukup tinggi ketimbang pasar dalam negeri. Meski begitu, pasar dalam negeri juga tetap prospektif mengingat jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia sangat besar.

“Nilai potensi MRO dalam negeri kita itu sekitar US$920 juta. Dari nilai itu, sekitar 70% diambil oleh perusahaan MRO asing. Sedangkan sisanya oleh industri MRO kita. Ini juga dikarenakan kapasitas kita yang masih terbatas,” katanya.

Seperti diketahui, pada pertengahan November 2016, Sriwijaya Air Group mendapatkan sertifikat Approved Maintenance Organization (AMO) dari Kementerian Perhubungan, sehingga diperbolehkan untuk membuka jasa perawatan pesawat.

Sertifikat AMO untuk SMF tersebut mempunyai beberapa ketentuan a.l. limited airframe, limited accessories, limited emergency equipment, dan limited non-destructive inspection, testing and processing.

Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo mengatakan perkembangan Sriwijaya Air Group selama ini berjalan cukup konsisten, baik dari sisi jumlah SDM, armada, maupun jangkauan operasional.

“Dalam 13 tahun ini, Sriwijaya Air telah melalui berbagai tantangan dan ujian, di mana membawa Sriwijaya Air ke posisinya sekarang. Diawali dengan pengoperasian B737 seri terdahulu, kini sudah menjadi B737NG,” ujarnya.

Suprasetyo menambahkan selama ini Sriwijaya Air juga berperan penting dalam penyediaan jasa transportasi udara bagi masyarakat Indonesia, dan menjadi media dalam meningkatkan kunjungan wisatawan asing ke Tanah Air.

Secara group, Sriwijaya Air juga memiliki beberapa perusahaan yang saling mendukung satu sama lain, seperti maskapai berbujet murah NAM Air, penyedia pelatihan penerbangan NAM Training Center dan NAM Flying School.

“Terakhir, Sriwijaya Air juga bakal membuka SMF. Sebagai mitra, kami berharap Sriwijaya Air dapat terus menyediakan jasa layanan transportasi udara guna mendukung perkembangan perekonomian,” katanya.

Sriwijaya Air Group menjadi maskapai dengan pangsa pasar penumpang domestik terbesar ketiga di Indonesia. Jumlah penumpang yang diangkut pard paruh pertama 2016 mencapai 4,95 juta penumpang.

Saat ini, rute penerbangan Sriwijaya Air mencapai 60 destinasi yang terdiri dari rute domestik sebanyak 43 destinasi dan rute internasional sebanyak 17 destinasi. Sementara NAM Air memiliki 23 destinasi domestik, dan satu destinasi internasional.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper