Kunjungan Siswa Sesdilu Kemenlu RI dan Diplomasi Ketenagakerjaan

JAKARTA, BNP2TKI (11/11/2016) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mengharapkan Perwakilan Indonesia di seluruh dunia dapat memberi informasi pasar tenaga kerja di negara akreditasi.

JAKARTA, BNP2TKI (11/11/2016) – Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) mengharapkan Perwakilan Indonesia di seluruh dunia dapat memberi informasi pasar tenaga kerja di negara akreditasi. Tujuannya adalah supaya BNP2TKI dan pemangku kepentingan lain dapat mempersiapkan calon TKI yang sesuai dengan kebutuhan pengguna di negara penempatan.
 
“Kami telah melakukan berbagai upaya, seperti penyelenggaraan pendidikan,  penyebaran informasi melalui bursa tenaga  kerja dan lainnya,   untuk meningkatkan kompetensi para calon TKI, namun tetap memerlukan dukungan  Perwakilan Indonesia dalam bentuk informasi pasar tenaga kerja yang mutakhir,” ujar Sekretaris Utama BNP2TKI, Hermono, MA.
 
Hermono mengutarakan harapan tersebut ketika menerima dan melakukan pembicaraan bersama sekitar 40 siswa Sekolah Staf Dinas Luar Negeri Angkatan 57  Kementerian Luar Negeri yang berkunjung ke BNP2TKI, Kamis sore, 10 November 2016. Turut mendampingi Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi, drg. Elia Rosalia, MARS, M.Si dan Direktur Promosi Drs. Anjar Prihantoro, MA. Para siswa Sesdilu tersebut adalah diplomat-diplomat dari Kemenlu yang sementara menjalani pendidikan Sesdilu, dimana pada saat kunjungan dipimpin Kepala Sesdilu, Nana Yuliana.
 
Para siswa selain berkunjung ke BNP2TKI, juga mengadakan diskusi dan mengupayakan perolehan informasi antara lain dari BKPM, Migrant Care dan Habibie Centre. Tema yang digarap termasuk tentang kerjasama luar negeri, penanaman modal, penanganan pengungsi, penempatan dan perlindungan serta peningkatan kompetensi TKI.
 
Sestama BNP2TKI mengungkapkan mayoritas pendidikan calon TKI atau mereka yang sudah menjadi  TKI adalah lulusan SD atau SMP yang berdampak pada tidak mudahnya  untuk meningkatkan kompetensi. Meskipun demikian, kami berusaha agar mereka yang bekerja sebagai domestic worker agar dikhususkan pada satu bidang ketatalaksanaan rumah tangga saja, misalnya membersihkan rumah bukan merangkap semua pekerjaan seperti memasak, mencuci dan lain-lain. Hambatan lain dalam alih profesi itu juga mencakup gaji. Ternyata gaji domestic worker lebih besar dibanding  pekerja pada perusahaan elektronika, lanjutnya.
 
Dalam diskusi terdapat titik temu tentang pentingnya peningkatan kompetensi yang didasarkan kepada kebutuhan pasar atau pengguna. Seorang siswa Sesdilu mengutip kebijaksanaan pemerintah Philipina yang cepat dalam mendeteksi kebutuhan pasar, lalu kemudian mendidik calon tenaga kerja agar memenuhi syarat yang diperlukan.
 
Terkait dengan pentingnya informasi pasar mutakhir dan valid, Hermono menyatakan up skilling kini lebih diarahkan kepada lembaga pendidikan bukan individu. Melalui perubahan ini diharapkan lahir lulusan-lulusan yang  sesuai persyaratan yang ditetapkan para pengguna. “Uji coba sudah diberlakukan pada lembaga pendidikan kesehatan yang menghasilkan tenaga kerja perawat.”
 
Kabag Humas BNP2TKI, Servulus Bobo Riti, yang dihubungi secara terpisah menyatakan bahwa pendekatan ini sangat baik, disamping karena Hermono sebagai Diplomat Senior yang menjadi Sekretaris Utama BNP2TKI, juga karena sudah dirintis Duta Besar Ramli Sa’ud, Deputi Kerjasama Luar Negeri dan Promosi tahun 2007-2010. “Ini merefleksikan bahwa isu pekerja migran Indonesia tidak lagi dipandang sebagai beban para diplomat, tetapi merupakan bagian tidak terpisahkan dari diplomasi Indonesia secara umum di negara aktreditasi. Saya menyebutnya sebagai diplomasi ketenagakerjaan,” ujar Juru Bicara BNP2TKI tersebut.
 
Menyinggung soal fluktuasi jumlah penempatan TKI ke luar negeri, Hermono menyampaikan bahwa pada Januari hingga Oktober 2016 mencapai 163.000-an, lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mencapai  lebih dari 600.000 orang. Adapun negara tujuan Malaysia, Taiwan, Hong Kong, Korea Selatan, Singapura dan lainnya.  Penurunan ini disebabkan antara lain karena kebijakan penutupan penempatan tenaga kerja informal (PLRT) ke Timur Tengah yang juga ditunjang oleh pelemahan ekonomi dunia.
 
Meskipun demikian, Hermono mengingatkan,  jumlah remitansi yang  masih tetap tinggi. Bila pada periode yang sama tahun 2015 mencapai US$ 9,42 miliar, maka sepanjang  Januari – September 2016 sudah mencapai US$ 6,76 miliar. Jumlah remitansi diperkirakan makin meningkat jika perwakilan Indonesiadi luar negeri mengirimkan secara teratur informasi peluang kerja di Job Info BNP2TKI. “Ini merupakan fresh money yang ikut mempengaruhi ketahanan ekonomi nasional secara makro, terutama di daerah-daerah sumber TKI,” ujar mantan Wakil Dubes RI di Kuala Lumpur tersebut. ***

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : MediaDigital
Editor : MediaDigital
Sumber : Marketing Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper