Bisnis.com, JAKARTA - Perguruan tinggi dan universitas harus menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, dan kompetitif di era persaingan global.
Hanif Dhakiri, Menteri Ketenagakerjaan, mengatakan perdagangan bebas telah mendorong persaingan terbuka bagi SDM di dalam negeri. Untuk itu, perguruan tinggi dan universitas harus menghasilkan SDM yang memiliki daya saing tinggi.
“Mau tidak mau, dan suka tidak suka, era persaingan sudah di depan mata. Perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mendorong peningkatan kualitas SDM yang lebih cepat dan demand-driven,” katanya, Kamis (17/11/2016).
Hanif menuturkan saat ini masih banyak lulusan dan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi yang tidak memiliki kompetensi untuk bersaing di bursa kerja. Hal itu juga terlihat dari meningkatnya tenaga kerja berpendidikan tinggi yang menganggur.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah tenaga kerja berpendidikan tinggi yang bekerja hingga Agustus 2016 sebanyak 14,57 juta orang dari total 118,41 juta orang yang bekerja. Sementara itu jumlah tenaga kerja berpendidikan tinggi yang tidak bekerja mencapai 787.000 orang dari total 7,03 juta orang yang menganggur.
Sementara itu, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mencatat lebih dari 750.000 orang lulusan dari berbagai tingkat perguruan tinggi setiap tahunnya yang siap masuk ke pasar kerja.
“Data BPS dan Kementerian Ristekdikti menunjukkan bahwa pendidikan tinggi bukan jaminan untuk langsung diserap oleh dunia kerja. Ini dapat disebabkan adanya gap kompetensi, dan ketidaksesuaian dengan kebutuhan dunia kerja,” ujarnya.
Hanif menuturkan perguruan tinggi harus memetakan perubahan tren di dunia kerja, dan menyesuaikannya dengan sistem pendidikan di perguruan tinggi.
Dia juga menyebutkan pemerintah akan mendorong perguruan tinggi untuk lebih berorientasi kepada pendidikan vokasi. Dengan begitu, lulusan perguruan tinggi memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.