Bisnis.com, DENPASAR--Pengoperasian Bendungan atau Waduk Titab Ularan di Kabupaten Buleleng molor dari yang dijadwalkan pada 2015, meskipun sudah dilakukan pengisian awal atau impounding.
Ketut Jayada, Kepala Balai Wilayah Sungai Bali Penida, menyatakan penundaan pengoperasian dilakukan hingga 2017, karena masalah teknis yang tidak disebutkan secara rinci.
"Untuk mengoperasikan bendungan tersebut tidak bisa sembarangan, harus dapat sertifikat persetujuan dulu dari Komisi Keamanan Bendungan," tuturnya dikutip dari siaran pers Pemprov Bali, Minggu (13/11/2016).
Menurutnya, bendungan yang luasnya mencapai 100 Ha dengan volume sekitar 12 juta kubik itu harus dipastikan benar-benar aman agar tidak menimbulkan bencana di kemudian hari. Faktor keamanan paling penting adalah konstruksi bendungan, guna menghindari kemungkinanan terburuk.
Jayada menyatakan setelah dilakukan uji coba pengisian air beberapa waktu lalu, pihaknya optimistis akan kemananan bendungan yang sumber airnya berasal dari Sungai Saba dan diharapkan dapat mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt tersebut.
Proses pengisian air di waduk senilai Rp486 miliar sudah selesai pada Maret 2016. Proses pengisian langsung dilakukan oleh Presiden RI ke IV Megawati Soekarno Putri dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Bendungan yang konstruksinya dikerjakan PT Nindya Karya-Brantas Abipraya KSO, dan konsultan pengerjaanya PT Indra Karya ini jika beroperasi maka akan mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran seluas 1.794,82 Ha. Diharapkan hasil dari irigasi itu untuk meningkatkan intensitas tanam dari 169% menjadi 275%.
Dengan kapasitas daya tampung 12 juta meter kubik, bendungan ini akan mampu memenuhi kebutuhan air baku sebesar 350 liter per detik untuk 3 kecamatan yaitu Seririt, Banjar dan Busungbiu di Kabupaten Buleleng. Selain itu, kapasitas airnya akan dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air yang diperkirakan dapat menghasilkan listrik sekitar 1,5 megawatt untuk Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM).