Bisnis.com, JAKARTA - Akhir pekan lalu, warga Desa Titab di Kecamatan Busungbiu dan Desa Ularan di Kecamatan Seririt Buleleng, Bali dikejutkan dengan suara ledakan yang berasal dari Waduk Titab. Suara letupan itu muncul bersamaan dengan semburan air ke udara dengan tinggi mencapai 30 meter.
Sejumlah media online lokal pun turut memberitakan peristiwa tersebut, dengan keterangan warga sebagai saksi mata. Kabarnya, di saat yang bersamaan, beredar foto yang diduga retakan konstruksi Waduk Titab di media sosial.
Peristiwa ini tentu cukup membuat warga cemas, terlebih jika mengingat waduk yang dibangun dengan dana APBN senilai Rp486 miliar ini baru saja diresmikan oleh Megawati Soekarnoputri pada Desember 2015. Sementara itu pekerjaan konstruksi Waduk Titab dilakukan oleh PT Nidya Karya dan PT Brantas Abipraya dengan biaya pembebasan lahan diperkirakan Rp 119 miliar.
Ketika menanggapi hal itu, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono menyatakan bahwa tak ada yang perlu dicemaskan. Peristiwa tersebut tidak termasuk ke dalam kategori kegagalan konstruksi.
“Tidak ada [kegagalan konstruksi]. Itu kalau istilah teknisnya adalah water hammer. Jadi, ada air masuk dalam [pipa] intake yang di sana ada udara yang terjebak,” ujarnya saat ditemui di Kementerian PUPR, Rabu (20/1/2016).
Menurutnya, saat ini tim yang terdiri dari anggota Komisi Keamanan Bendungan telah berada di lokasi untuk memastikan faktor keamanan. Sejauh ini, pihaknya mengklaim tidak menemukan kebocoran ataupun keretakan dalam bendungan.
Kepala Balai Wilayah Sungai Bali-Penida I Ketut Jayada melalui siaran persnya mengatakan, proses pengisian awal Waduk Titab-Ularan diperkirakan memakan waktu selama 28 hari dengan debit air sebanyak 3,05 m3/detik.
Namun, turunnya hujan di hulu bendungan menyebabkan terjadinya percepatan debit air yang masuk ke dalam bangunan pengambilan sehingga menciptakan adanya udara yang terperangkap di dalam pipa konduit.
Udara yang terjebak ini, kemudian menekan balik ke luar inlet, menyembur, dan mendorong pelat beton penutup bangunan pengambilan ke udara dengan suara keras yang mirip seperti ledakan. Proses inilah yang dimaksud dengan water hammer.
“Hasil evaluasi secara konstruksi tidak ada indikasi kerusakan pada tubuh bendungan, pelimpah, bangunan pengambilan secara prinsip dalam keadaan aman. Celah pada dinding beton bukan merupakan retakan, melainkan celah sambungan konstruksi” ujarnya.
PERTAMA KALI
Kepala Pusat Bendungan Imam Santoso mengatakan, kejadian water hammer ini baru pertama kali terjadi di Indonesia. Meski demikian, dia mengakui pengisian waduk idealnya dilakukan saat musim kemarau sehingga debit air mengisi pipa secara perlahan.
“Sebenarnya kejadian seperti ini baru sekali karena musim hujan. Harusnya kan mengisi pada musim kemarau. Jadi, pelan-pelan naiknya. Konstruksi kan dari beton, kekuatan sudah kita perhitungkan” ujarnya.
Waduk Titab merupakan satu dari lima waduk yang beroperasi pada 2015. Keempat waduk lainnya adalah Jatigede di Jawa Barat, Nipah dan Bajulmati di Jawa Timur, serta Rajui di Aceh.
Pembangunan Waduk Titab bertujuan untuk mengatasi kekeringan dan penanggulangan banjir terutama di Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng.
Waduk tersebut memiliki daya tampung air hingga 12,8 juta meter kubik yang akan digunakan untuk mengairi daerah irigasi Saba dan Puluran seluas 1.794,82 ha sehingga meningkatkan intensitas tanam dari 169% menjadi 275%.
Di samping itu, sumber air dari waduk juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku sebesar 350 liter/ detik di tiga kecamatan, yaitu Seririt, Banjar, dan Busungbiu di Kabupaten Buleleng.
Waduk Titab juga dimanfaatkan untuk menambah cadangan energi listrik sebesar 2 x 0,75 MW untuk Kecamatan Busungbiu serta sebagai daerah konservasi air dan pariwisata. ()
Profil Waduk Titab
- Lokasi : Bali
- Nilai proyek : Rp486 miliar
- Kontraktor : PT Nidya Karya KSO PT Brantas Abipraya
- Masa konstruksi : 2011—2015
- Volume tampungan : 12,80 juta m3
- Fungsi : Irigasi seluas 1.794,82 ha, kebutuhan air baku 350/detik, cadangan energi listrik 2 x 0,75 MW
- Sumber: Kementerian PUPR