Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebakaran Kebun Sawit Bergambut Hanya 2% dari Total Luas Kahutla?

Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menyatakan kontribusi kebakaran konsesi perkebunan kelapa sawit bergambut terhadap luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hanya 2%.
Ilustrasi kelapa sawit/Reuters-Samsul Said
Ilustrasi kelapa sawit/Reuters-Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menyatakan kontribusi kebakaran konsesi perkebunan kelapa sawit bergambut terhadap luas kebakaran hutan dan lahan (karhutla) hanya 2%.

Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit Bayu Krisnamurthi membeberkan data-data kebakaran dari sejumlah lembaga riset. World Resources Institute, Center for International Forestry Research, dan Global Forest Watch menyebutkan kebakaran di perkebunan kelapa sawit berturut-turut 7%, 16,%, dan 10% dari total luas area terbakar Indonesia.

Sementara itu, dengan mengutip data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Bayu mengatakan hanya 13,1% atau 1,5 juta hektare perkebunan kelapa sawit berdiri di lahan gambut. Dengan mengambil kontribusi kebakaran rata-rata (10%), dia berkesimpulan hanya 1,3% alias kurang dari 2% saja perkebunan kelapa sawit di lahan gambut yang terbakar dibandingkan total luas karhutla.

“Ini data saya. Kalau ada data lain sebagai pembanding silahkan,” katanya kepada peserta Seminar Penanganan Kebakaran Secara Profesional dalam Pembangunan Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut di Jakarta, Senin (7/11/2016).

Bayu menilai mustahil kebakaran terjadi berulang-ulang di perkebunan kelapa sawit yang sama. Meski begitu, dia tetap mengajak pelaku usaha untuk menggandeng masyarakat dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan.

“Sawit harus jadi solusi, bukan sumber kerusakan,” ujarnya.

Di tempat yang sama, Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun mengakui usaha kelapa sawit kerap dikait-kaitkan dengan kebakaran. Menurutnya, hal ini ada korelasinya dengan cara Indonesia menancapkan diri sebagai produsen minyak kelapa sawit mentah (CPO) terbesar dunia.

Indonesia, kata Derom, pada dekade 1970-an masih menduduki posisi tiga penghasil CPO di bawah Malaysia dan Nigeria. Pada 1974, Malaysia sudah memproduksi 1 juta ton CPO sedangkan Indonesia baru 160.000 ton CPO.

“Sekarang kita menghasilkan 30 juta ton CPO. Naik 180 kali lipat dibandingkan tahun 1974,” katanya.

Derom memastikan pelaku usaha akan terus mencari metode dan teknik budi daya perkebunan kelapa sawit secara berkelanjutan termasuk di lahan gambut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper